Tuesday, January 12, 2010

Siapakah Yesus?

Pengantar

Pada waktu Yesus lahir orang Romawi telah memerintah Palestina dengan tangan besi selama beberapa waktu. Dalam sebagian besar sejarahnya bangsa Yahudi merindukan kedatangan Mesias, figur yang telah lama dijanjikan Allah, yang akan membebaskan mereka dari musuh-musuhnya dan memulai kerajaan yang damai dan sejahtera bagi bangsa Israel. Ada banyak gambaran mengenai Mesias, tetapi sebagian besar bangsa Yahudi berharap Mesias adalah seorang pejuang (seseorang yang cukup kuat untuk memimpin mereka meraih kemenangan melawan maha-bangsawan Romawi). Beberapa orang Yahudi yang kehilangan kesabarannya, tidak dapat lagi terlalu lama menunggu pemenuhan janji Allah dan karena itu bergabung dalam suatu kelompok pejuang-pejuang kemerdekaan yang secara diam-diam menyusun rencana untuk menggulingkan penguasa Romawi dengan kekerasan, yaitu kaum Zelot. Kelompok lain yang dikenal sebagai kelompok kaum Esseni bertindak lebih optimis dan kurang berpandangan ekstrem, menarik diri ke padang gurun untuk berdoa, belajar dan menunggu kedatangan Mesias.

Kelahiran Yesus

Yesus lahir di suatu negara yang keadaannya sangat berubah-ubah. Ia dilahirkan di Betlehem, Yudea, sekitar tahun 4 SM. Oleh karena kota itu sangat padat dengan pengunjung yang mengikuti sensus penduduk yang diselenggarakan oleh pemerintah Romawi, maka Yesus dilahirkan di suatu kandang.

Para penulis Injil menerangkan bahwa kelahiran Yesus berbeda dari kelahiran pada umummya. Mereka menjelaskan bagaimana malaikat menyatakan bahwa Ia adalah Juruselamat yang dijanjikan Allah dan juga menjelaskan bahwa Ia dikandung secara ajaib, oleh ibu Yesus yang tetap perawan. Oleh karena itu, Injil menggambarkan bahwa Yesus sungguh-sungguh manusia dan sungguh-sungguh Allah. Bingung? Ini adalah mujizat dan kuasa Allah yang maha agung. (klik memahami kuasa Allah)

Nama Yesus sendiri berasal dari kata Ibrani Yoshua, yang artinya "Allah adalah Juruselamat kita". Nama lain yang sepadan dengan Yoshua atau Yesus adalah Immanuel.

Salah seorang penulis Injil menulis bagaimana Herodes Agung penguasa Yudea, berusaha membunuh kanak-kanak Yesus dengan cara memerintahkan pembunuhan besar-besaran terhadap semua anak laki-laki di bawah umur 2 tahun di daerah itu. Hal ini memaksa Maria dan Yusuf, orang tua Yesus, untuk cepat-cepat membawa Dia ke Mesir. Setelah Herodes mati, keluarga ini kembali ke Nazaret di mana Yesus dibesarkan, mungkin Ia bekerja di perusahaan kayu ayahnya dan akhirnya tampil dan dikenal di muka umum pada usia 30 tahun.

Sebagai anak yang dibesarkan dalam tradisi Yahudi, Yesus harus disunat pada waktu Ia berumur 8 hari dan ikut melakukan ibadat mingguan di sinagoga setempat pada setiap hari Sabat. Kadang-kadang Ia diikutkan ke Bait Allah di Yerusalem pada pesta hari raya khusus seperti Paskah Yahudi. Pada satu kesempatan seperti itu Yesus tinggal di Bait Allah setelah semua peserta ibadat meninggalkan tempat ibadat untuk bertanya-jawab dengan pemimpin-pemimpin agama Yahudi tentang iman kepercayaan mereka setelah kedua orang tua-Nya pulang ke rumah. Inilah satu-satunya peristiwa yang dicatat di dalam Injil antara masa kanak-kanak dan kemunculan-Nya dari keadaan tidak terkenal sampai menjadi figur publik yang sangat kontroversial, sehingga jelas merupakan hal yang penting.

Pembaptisan dan Pencobaan

Yesus meminta Yohanes Pembaptis untuk membaptis-Nya dan sesudah itu Allah Bapa dan Roh Kudus memeteraikan pelayanan-Nya yang akan datang. Tanggung jawab Yesus benar-benar diuji oleh pencobaan yang dialami-Nya di padang gurun.

Walaupun banyak "orang suci" di Palestina melakukan pembaptisan, tetapi pembaptisan yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis berbeda dengan mereka: pembaptisan yang dilakukannya dimaksudkan untuk pengampunan dosa dan mengandung unsur perwahyuan, untuk mengantisipasi akhir zaman. Orang-orang diberitakan bahwa mereka hanya dapat selamat pada saat pengadilan terakhir yang segera datang itu dengan bertobat dan memohon pengampunan Allah.

Yohanes tetap berpegang teguh pada pendiriannya. Dia bukanlah Mesias yang dijanjikan, sebagaimana banyak orang mengira bahwa dialah orangnya, tetapi dia datang untuk mempersiapkan jalan baginya.

Ketika Yesus tampil di tepi sungai Yordan dan meminta untuk dibaptis, Yohanes terkejut dan merasa enggan. Meskipun demikian, Yesus mendesak bahwa memang sudah seharusnya dia melakukannya. Ketika Yesus keluar dari air Ia melihat langit di atas-Nya terbuka dan Roh Kudus turun ke atas-Nya dalam wujud seekor burung merpati. Ia juga mendengar sabda Allah yang menyatakan bahwa Yesus adalah Putra-Nya. Hal ini mungkin merupakan perwahyuan pribadi kepada Yesus untuk mempersiapkan tugas pelayanan-Nya yang akan datang - suatu kepastian bahwa Ia sungguh ilahi dan terlepas sebagai Mesias Allah.

Pada hari-hari antara Yesus dibaptis sampai dan awal pelayanan-Nya di depan umum, para penulis Injil sependapat bahwa Ia dicobai oleh Setan, penguasa kejahatan.

Pertentangan antara roh kebaikan dan kuasa jahat terjadi setelah Yesus secara fisik lemah karena puasa yang dijalani-Nya selama 40 hari. Pertentangan ini mencerminkan konflik yang akan sering terjadi sepanjang pelayanan-Nya, sebelum mencapai puncaknya pada kematian-Nya di atas kayu salib. Kematian-Nya merupakan saat yang paling penting bagi kuasa kegelapan.

Pada pencobaan pertama, Setan berusaha membujuk Yesus untuk menggunakan kuasa ilahi-Nya supaya memenuhi kebutuhan fisik-Nya mengatasi rasa lapar. Yesus memberikan jawaban dengan mengatakan bahwa hanyalah sabda Allah dalam Alkitab yang benar-benar dapat memuaskan kebutuhan manusia.

Pada pencobaan kedua, Setan mendesak Yesus supaya terjun dari bubungan Bait Allah, karena malaikat-malaikat Allah akan melindungi-Nya, tetapi Yesus menolaknya.

Akhirnya, Setan menawarkan kepada Yesus seluruh kerajaan dunia kepada-Nya dengan syarat bahwa Ia harus menghentikan misi khusus-Nya dan menyembah Kuasa Kegelapan.

Yesus berbeda dengan "mesias-mesias" lain karena Ia menolak menggunakan kuasa-Nya untuk melindungi diri atau menguasai dunia (contoh: Muhammad). Sejak dari permulaan hidup dan pelayanan-Nya Ia memperlihatkan komitmen pada semua orang: Ia hanya dapat menyelesaikan kehendak Allah melalui penolakan, penderitaan, kematian dan kebangkitan.

Murid-murid Yesus

Kisah pokok dalam Injil adalah pemilihan keduabelas murid dan pengajaran Yesus kepada mereka. Mereka menjadi contoh dari seluruh tahapan pemuridan Kristen karena mereka berjuang untuk memahami Yesus dan sifat kerajaan-Nya.

Selama tiga tahun setelah dibaptis Yesus mengajar, berkotbah, menyembuhkan, dan memberikan pelayanan di seluruh Palestina (antara tahun 27M dan 30M). Pada awalnya, Yesus mengumpulkan sekelompok kecil murid-murid di sekeliling-Nya (12 murid), meskipun kelompok yang jauh lebih besar, termasuk banyak perempuan, membentuk kelompok pengikut di luar para rasul.

Bangsa Israel dibangun dari 12 suku pada awal mulanya dan pemilihan Yesus kepada para murid-Nya dengan jumlah yang sama bukanlah merupakan hal kebetulan. Komunitas Kristen yang baru ini akan menjadi komunitas Israel yang "baru". Yesus berjanji bahwa pada akhir zaman para rasul akan duduk di atas dua belas takhta untuk mengadili kedua belas suku Israel. Masing-masing Injil menceritakan secara beragam namun juga secara mendetail memberikan penjelasan bagaimana beberapa murid tertentu dipanggil oleh Yesus. Dua pasang nelayan (Simon Petrus dan saudaranya Andreas, serta dua bersaudara Yakobus dan Yohanes) menjadi murid-murid setelah Yesus memanggil mereka di tepi Laut Galilea. Matius, yang kadang-kadang disebut Lewi, sedang mengumpulkan pajak bagi pemerintah Romawi yang sangat dibenci ketika Yesus memanggilnya. Yohanes, di dalamnya Injilnya, mencatat cara khusus bagaimana Filipus dan saudaranya, Natanael, menanggapi panggilan Yesus. Sebagian besar murid lain tetap sama sekali tidak diketahui sekalipun kita memang tahu bahwa salah satu dari antara mereka, Simon yang lain, adalah seorang Zelot. Dua orang sisanya, Yudas Iskariot dan Thomas, akan berperan penting dalam kisah Yesus baik sebelum maupun sesudah penyaliban.

Dari waktu ke waktu Yesus menjelaskan dengan rinci kepada kedua belas murid dan pengikut-pengikut lainnya arti sebenarnya menjadi seorang murid. Hidup seorang murid harus di atas segala-galanya, menjadi seseorang yang melayani orang lain. Yesus memperlihatkan hal ini dengan sangat jelas ketika menjelang akhir hidup-Nya, Ia mengambil bejana berisi air dan membasuh kaki para murid (suatu perbuatan yang sungguh-sungguh mewujudkan kerendahan hati. Menjadi murid adalah panggilan untuk mengikuti teladan Yesus, Putra manusia, yang mengorbankan diri-Nya demi keselamatan banyak orang. Yesus memanggil banyak orang supaya hidup beriman seperti anak kecil yang tidak berdosa. Ia mengatakan kepada anak muda kaya yang ingin menjadi murid-Nya bahwa hanya mereka yang siap mengorbankan segala miliknya yang akan masuk ke dalam Kerajaan Allah.

Kerajaan Allah

Satu tema mendominasi pengajaran Yesus, yaitu tentang Kerajaan Allah. Ketika Ia menjelaskan kepada orang banyak bagaimana mereka dapat masuk Kerajaan Allah Ia membalikkan banyak nilai-nilai yang diterima secara umum.

Matius mengatakan kepada kita bahwa apa yang membedakan Yesus dari para ahli hukum Taurat Yahudi ialah bahwa Yesus mengajarkan kepada orang banyak "dengan kuasa-Nya". Di dalam Injil Matius, Markus, dan Lukas tema pokok pengajaran Yesus adalah Kerajaan Allah.

Dalam keempat Injil awal pelayanan Yesus dihubungkan dengan pelayanan Yohanes Pembaptis, karena keduanya mengatakan kepada mereka bahwa Kerajaan Allah, atau pemerintahan Allah "sudah dekat". Namun demikian, Yesus melangkah lebih jauh dengan mengatakan bahwa dengan kedatangan-Nya Kerajaan Allah sungguh-sungguh sudah datang. "Kabar Gembira" tentang Kerajaan Allah adalah kasih dan damai yang ditawarkan Yesus kepada seluruh umat manusia dari segala lapisan. Pengajaran Yesus mengenai Kerajaan Allah mengandung dua hal:

1. Kerajaan Allah adalah realitas moral dan spiritual di dunia saat ini. Para rabi (guru agama) kala itu mengajarkan bahwa seseorang dapat menjadi milik Kerajaan Allah dengan cara mengucapkan dan meyakini Shema, pengakuan iman bangsa Israel akan satu Allah. Akan tetapi, Yesus mengajarkan kepada banyak orang supaya mereka mempersiapkan diri di sini dan sekarang untuk menantikan saat perwujudan Kerajaan Allah secara penuh di dunia ini. Persiapan ini menuntut pertobatan, perubahan hati secara menyeluruh yang dapat digunakan oleh setiap orang untuk menerima kedatangan Kerajaan Allah sebagai Injil, kabar gembira Allah bagi umat manusia.

2. Kerajaan Allah sangat menanti-nantikan saat ketika Allah akan memberikan kuasa ilahi-Nya kepada seluruh ciptaan-Nya dan membuktikan kebenaran-Nya. Orang banyak mendengar nada yang mendesak dalam sabda Yesus ketika Ia memulai pelayanan-Nya di depan umum: "Saatnya telah tiba. Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!"

Mujizat

Ada banyak mujizat (tanda-tanda keajaiban) yang dicatat di dalam Injil. Perbuatan ini merupakan tanda yang nyata bahwa kuasa Allah bekerja di dalam Yesus. Beberapa sekte Gereja masih melanjutkan pelayanan penyembuhan Yesus sekarang ini.

Keempat Injil dan Kisah Para Rasul di dalam Perjanjian baru mencatat sejumlah contoh Yesus, dan selanjutnya juga para murid, mengadakan mujizat. Dari pandangan kitab suci mujizat adalah merupakan suatu kejadian di mana Allah bertindak dengan cara yang luar biasa untuk mencapai tujuan yang luar biasa. Di dalam Perjanjian Baru, ada tiga kata yang dapat digunakan untuk memahami mujizat:

1. Orang yang menyaksikannya, yang menyadari kehadiran Allah di antara mereka.
2. "Tanda" - bukti nyata bahwa Allah sedang bekerja di dunia.
3. "Kuasa" - suatu perbuatan yang menunjukkan kehendak dan kuasa ilahi.

Terdapat banyak sekali mujizat pada masa Perjanjian Lama, dengan bencana-bencana yang luar biasa, air Laut Merah yang terbelah menjadi dua dan pemberian makanan yang menakjubkan kepada bangsa Israel di padang gurun. Mujizat yang dibuat Yesus memulihkan kembali kepercayaan orang banyak bahwa Allah sedang bekerja secara ajaib melalui Dia, sebagaimana Allah telah melakukan perbuatan-perbuatan ajaib-Nya di masa lampau.

Mujizat Yesus dimaksud sebagai pewartaan kepada orang banyak bahwa Ia adalah Mesias yang dinanti-nantikan, datang untuk menunjukkan jalan kepada Kerajaan Allah. Ketika murid-murid Yohanes Pembaptis bertanya kepada Yesus apakah Ia Mesias atau bukan, Yesus menunjukkan perbuatan-perbuatan ajaib-Nya sebagai jawaban.

Berbagai mujizat yang dilakukan Yesus di dalam Perjanjian Baru dapat digolongkan ke dalam tiga kategori:

1. Mujizat alami, seperti berjalan di atas air atau meredakan angin ribut.
2. Mujizat penyembuhan, seperti menyembuhkan orang buta atau menyembuhkan orang bisu dan tuli.
3. Mujizat kebangkitan, seperti menghidupkan kembali Lazarus dan anak seorang janda.

Berkaitan dengan semua mujizat itu, mujizat yang paling besar dalam Perjanjian Baru adalah Allah membangkitkan Yesus dari mati. Mujizat-mujizat itu jarang terjadi tanpa pernyataan iman (entah oleh orang yang bersangkutan atau orang lain yang mengantarnya). Misalnya, ketika beberapa orang membawa orang yang menderita sakit lumpuh, iman orang-orang yang mengantar itulah yang dilihat dan dihargai Yesus.

Hari-hari Terakhir

Sabda dan tindakan Yesus telah mengusik para pemimpin agama pada waktu itu (khususnya orang-orang Farisi dan Saduki). Mereka terutama dibuat cemas oleh pernyataan Yesus bahwa Ia adalah Mesias yang mereka nanti-nantikan dan karena itu mereka membuat rencana untuk menangkap dan membawa-Nya ke depan pengadilan.

Pada malam pertama hari raya Paskah Yahudi, Yesus mengadakan perjamuan malam terakhir bersama para murid dan membagi-bagikan roti dan anggur kepada mereka sebagai tanda kematian-Nya yang segera akan tiba. Dengan melakukan ini, Yesus mewariskan kepada Gereja dua tanda abadi yang akan menjadi kenangan, dan perayaan akan kematian-Nya pada masa yang akan datang. Setelah perjamuan selesai, mereka semua pergi ke Taman Getsemani. Yesus mengajak Petrus, Yakobus dan Yohanes bersama Dia. Di taman itu, Yesus berdoa kepada Bapa-Nya bahwa jikalau sekiranya mungkin penderitaan-Nya berlalu dari pada-Nya, tetapi biarlah kehendak Allah yang terjadi. Setelah Ia selesai berdoa, Yudas Iskariot, salah seorang murid-Nya, tiba dengan serombongan prajurit Bait Allah, yang akan menangkap Yesus. Para murid lain, termasuk Petrus yang baru saja bersumpah bahwa lebih baik mati daripada meninggalkan Dia, melarikan diri dan meninggalkan Yesus seorang diri. Yesus tinggal sendirian.

Injil mengisahkan peristiwa yang terjadi selanjutnya secara berbeda-beda. Setelah ditangkap, Yesus dibawa ke istana Kayafas, Imam Agung. Ketika Yesus menolak untuk mengingkari bahwa Ia adalah Putra Allah, Ia dituduh menghujat Allah (suatu kejahatan besar dalam tradisi masyarakat Yahudi). Dari sana Yesus dibawa ke hadapan Sanhedrin, Mahkamah Agung Yahudi di Yerusalem, tetapi mahkamah ini tidak mempunyai kekuatan untuk menjatuhkan hukuman mati tanpa persetujuan dari gubernur Romawi, Pontius Pilatus. Menurut Injil, hukuman mati ini enggan diputuskan oleh Pilatus tetapi orang banyak yang dibuat meluap-luap amarahnya oleh para pemimpin agama mereka, menuduh bahwa dia bukan lagi sahabat Kaisar jika ia membebaskan Yesus. Pilatus menjatuhkan hukuman mati kepada Yesus tetapi setelah ia mencuci tangannya sebagai tanda tidak terlibat dalam kesalahan yang akan terjadi.

Pontius Pilatus adalah wakil Kekaisaran Romawi di Yudea dari tahun 26 sampai 37. Pendapat modern mengatakan bahwa ia adalah pemimpin pemerintahan yang brutal dan kejam yang mengecewakan orang-orang Yahudi dalam banyak peristiwa. Ia pernah menjarah harta benda Bait Alah dan kemudian, ketika orang-orang Yahudi berkeberatan, ia mengirim prajuritnya yang mengakibatkan pertumpahan darah yang mengerikan. Ada beberapa petunjuk bahwa Pilatus dan istrinya akhirnya menjadi Kristen, dan Gereja Ortodoks Koptik menghormati mereka sebagai orang kudus dan martir.

Kematian Yesus

Kematian Yesus di atas kayu salib adalah peristiwa tunggal yang paling penting bagi iman Kristen. Dilihat secara sepintas, peristiwa itu tampaknya merupakan tanda kegagalan pada akhir suatu kehidupan yang sebelumnya banyak memberi janji, tetapi, bagi umat Kristen, kematian itu menandai puncak kemenangan atas kuasa kegelapan. Kematian Yesus berarti misi korban penebusan telah digenapi, dan Setan telah terpuaskan. Setan atau Iblis ibarat seorang terpidana mati, yang diberi kepuasan oleh Allah menjelang hari-hari penghukuman kekal di neraka. Korban tebusan Mesias adalah tuntutan Setan yang telah disanggupi oleh Allah, dan dengan digenapinya tuntutan itu telah sahlah keputusan Allah terhadap Setan untuk menghukumnya di dalam neraka kekal selama-lamanya. Ibarat Allah telah mengetukkan palu di atas meja pengadilan-Nya, sejak Yesus menyerahkan nyawa-Nya untuk tebusan bagi umat manusia.

Sebelum dihukum mati, Yesus dipukuli oleh prajurit Romawi, seperti halnya orang-orang hukuman lainnya pada masa itu. Setelah mencambuki Yesus para prajurit Romawi mengenakan mahkota duri di kepala Yesus, meletakkan tongkat kerajaan yang terbuat dari buluh di tangan Yesus dan memberi salam ejekan sebagai "raja bangsa Yahudi". Kemudian Ia dibawa ke Golgota, Tempat Tengkorak, untuk dibunuh.

Keempat Injil menggambarkan dengan sangat hidup saat-saat terakhir hidup Yesus. Meskipun dibantu oleh seseorang dari antara orang banyak, Simon dari Kirene, untuk ikut memikul salib-Nya ke Golgota, Yesus telah kehabisan tenaga bahkan sebelum Ia dipaku di kayu salib. Ia disalib di antara dua pencuri yang juga dijatuhi hukuman mati. Pemerintah Romawi selalu menyalibkan penjahat di tempat umum sebagai peringatan bagi yang lain, karena mereka memerintah dengan rasa takut.

Di bawah kaki Yesus terdapat sedikit pengikut-Nya yang berlutut dan berdoa, sedangkan para prajurit mengundi pakaian Yesus (sebagai penghasilan tambahan atas pelaksanaan tugas yang tanpa upah tersebut).

Injil menulis tujuh sabda terakhir Yesus yang diucapkan dari atas kayu salib:

1. Ia meminta kepada Allah supaya mengampuni orang-orang yang membuat Dia menderita.
2. Ia membesarkan hati salah seorang pencuri yang sedang sekarat bersama-Nya.
3. Ia minta kepada salah seorang murid-Nya, Yohanes, supaya memelihara ibu-Nya.
4. Ia berseru dengan suara keras kepada Allah.
5. Ia putus asa atas penderitaanNya.
6. Ia menyatakan bahwa tugas-Nya di dunia sudah selesai.
7. Ia menyerahkan nyawa-Nya ke dalam tangan Allah.

Kebangkitan Yesus

Menurut bukti Injil, ada beratus-ratus orang yang menyaksikan kebangkitan Yesus. Sesudah tiga hari dalam kubur, Yesus menampakkan diri, antara lain kepada Maria Magdalena, Petrus, dua orang murid yang tidak diketahui namanya yang sedang dalam perjalanan pulang, kepada kurang lebih 500 orang di suatu bukit di Galilea, dan kepada sebelas murid lainnya. Penampakan-penampakan ini terjadi dalam waktu 40 hari sebelum kenaikan-Nya ke surga.

Bentuk sebenarnya dari "kebangkitan badan" Yesus hanyalah merupakan perkiraan, walaupun sesuatu yang fundamental benar-benar telah berubah: wajah-Nya berubah dan mampu dengan tiba-tiba muncul dan menghilang. Para murid dan pengikut lain juga berubah karena hasil pertemuan dengan Yesus yang bangkit.

Sebelum naik ke surga, Yesus memberi kuasa kepada para murid supaya meneruskan tugas-Nya dengan mewartakan Injil baik di dalam maupun di luar Kekaisaran Romawi. Ia berjanji akan mengutus Roh Kudus-Nya kepada mereka untuk menguatkan mereka dalam menunaikan tugas kerasulan.

"Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.
Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:18-20)







Salam Damai,

KENAL SEJARAH MAKA KENAL YESUS KRISTUS

Tidak peduli seberapa besar komitmen Anda pada agama Anda, jika Anda tahu tentang sejarah, Anda akan mengakui bahwa tidak pernah ada seseorang seperti Yesus dari Nazaret. Dia pribadi yang paling unik sepanjang zaman.

SEJARAH MENGAKUI

Yesus telah mengubah arah sejarah. Penanggalan yang kita pakai menyaksikan pada fakta bahwa Yesus hidup di bumi ini 2000 tahun yang lalu. B.C. (Before Christ) berarti Sebelum Masehi dan sekarang disebut Tahun Masehi yang artinya "tahun Juru Selamat kita", yang dalam penanggalan internasional disebut A.D. (Anno Domini) yang artinya "Tahun Tuhan kita".

KEDATANGAN-NYA TELAH DINUBUATKAN

Ribuan tahun sebelum Yesus lahir, Kitab Suci mencatat perkataan para nabi Israel yang memperkirakan kedatangan-Nya. Kitab Perjanjian Lama, yang ditulis oleh beberapa orang dalam kurun waktu 1500 tahun, berisi lebih dari 300 nubuatan yang memperinci kedatangan-Nya. Semuanya telah digenapi secara detail, termasuk kelahiran-Nya yang ajaib, hidup-Nya yang tanpa dosa, mujizat-mujizat-Nya, kematian-Nya dan kebangkitan-Nya. Kehidupan yang dijalani Yesus, mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya, perkataan yang diucapkan-Nya, kematian-Nya di kayu salib, kebangkitan-Nya, kenaikan-Nya ke Sorga - semuanya menunjukkan fakta bahwa Dia bukan manusia biasa, tetapi lebih dari pada manusia.

Yesus menyatakan, " Aku dan Bapa adalah satu." (Yohanes 10:30), "Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa" (Yohanes 14:9), dan "Akulah jalan dan kebenaran, dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6)

HIDUP DAN PESAN-NYA MEMBAWA PERUBAHAN

Perhatikan hidup dan pengaruh Yesus dari Nasaret, sang Mesias, di sepanjang sejarah dan anda akan melihat bahwa Dia dan pesan-Nya selalu membuat perubahan dalam hidup manusia dan bangsa-bangsa. Dimanapun ajaran dan pengaruh-Nya berada, perkawinan yang suci, hak asasi wanita dan suara rakyat diakui; sekolah-sekolah tinggi dan universitas-universitas telah didirikan; peraturan hukum untuk melindungi anak-anak telah dibuat; dan banyak perubahan-perubahan lainya telah dibuat untuk kebaikan umat manusia.

Kehidupan pribadi-pribadi juga diubahkan secara dramatis. Sebagai contoh, Lew Wallace, seorang jenderal yang terkenal dan seorang jenius di bidang sastra, pernah dikenal sebagai ateis. Selama dua tahun, Mr. Wallace belajar di perpustakaan-perpustakaan terkemuka dari Eropa dan Amerika, mencari informasi guna menghancurkan kekristenan untuk selamanya. Sementara sedang menulis bab kedua dari buku yang akan ditulisnya, tiba-tiba dia menemukan dirinya berlutut dan menangis kepada Yesus, "Tuhanku dan Allahku."

Disebabkan oleh fakta-fakta yang tak dapat disangkal lagi, dia tidak dapat lebih lama menyangkal bahwa Yesus / Isa Almasih adalah Anak Allah. Akhirnya Wallace menulis buku Ben Hur, salah satu novel berbahasa Inggris terbesar yang pernah ditulis mengenai masa hidup Mesias sebagi manusia.

Mirip dengan kisah tersebut, C.S. Lewis, dosen Universitas Oxford di Inggris, selama beberapa tahun menjadi seorang agnostik yang menyangkal keilahian sang Almasih. Tetapi dia, cendekiawan yang jujur, akhirnya menerima Yesus Kristus atau Isa Almasih sebagai Tuhan dan Juruselamatnya setelah mempelajari fakta-fakta yang berkelimpahan mengenai keilahian-Nya.

TUHAN, PEMBOHONG, ATAU ORANG GILA?

Di dalam bukunya yang terkenal Mere Christianity (Tak Sekedar Kekristenan), Lewis membuat pernyataan, "Seorang manusia biasa saja yang mengucapkan sebagian kecil dari apa yang dikatakan oleh Yesus, tidak akan menjadi seorang guru moral yang besar. Bisa jadi dia adalah seorang gila - setaraf dengan seorang yang mengatakan dia adalah sebuah telor rebus - atau dia adalah setan dari neraka. Anda harus mengambil keputusan sendiri apakah Dia dulu dan sekarang adalah Anak Allah, atau seorang gila atau yang lebih buruk dari itu. Anda dapat menganggap Dia adalah orang bodoh atau anda dapat jatuh di bawah kaki-Nya dan memanggil Dia Tuhan dan Allah. Oleh karena itu marilah kita tidak merendahkan Dia dengan memandang-Nya sekedar sebagai seorang guru yang agung."

Siapakah Yesus dari Nasaret bagi anda? Hidup anda di dunia ini dan sepanjang kekekalan tergantung dari jawaban anda terhadap pertanyaan tersebut.

Semua agama didirikan oleh manusia berdasarkan filosofi, peraturan-peraturan dan norma-norma tingkah laku. Kalau kita menghilangkan para pendiri agama tersebut dari disiplin dan praktek ibadahnya, hanya akan terjadi sedikit perubahan. Tapi kalau Yesus dihilangkan dari kekristenan, maka tidak ada sesuatupun yang tersisa dalam kekristenan. Kekristenan yang alkitabiah tidak hanya sekadar falsafah hidup ataupun standar-standar etis atau ketaatan pada ritualitas agama. Kekristenan sejati didasarkan pada hubungan yang vital dan pribadi dengan seorang Juruselamat dan Tuhan yang sudah bangkit dan hidup selama-lamanya.

PEMIMPIN YANG SUDAH BANGKIT

Yesus dari Nazaret disalibkan, dikuburkan dalam sebuah makam pinjaman, dan tiga hari kemudian bangkit dari kematian; Kekristenan adalah hal yang unik pada saat ini. Berbagai pendapat mengenai keabsahan dari kekristenan bergantung pada bukti kebangkitan Yesus orang Nazaret.

Berabad-abad lamanya, kebanyakan ahli-ahli pikir yang meneliti bukti dari kebangkitan tersebut menjadi percaya, dan tetap percaya, bahwa Yesus hidup. Setelah menguji bukti-bukti kebangkitan yang diberikan oleh penulis-penulis Injil, Simon Greenleaf, seorang penulis berita resmi pada Sekolah Hukum Harvard, menyimpulkan: "Hal yang mustahil adalah mereka selalu mempertanyakan kebenaran yang mereka alami, bahwa Yesus telah benar-benar bangkit dari kematian, dan mereka tidak mengetahui kenyataan ini seperti mereka mengetahui fakta-fakta lain." John Singleton Copley, yang dikenal sebagai seorang pemikir hukum yang terbesar dalam sejarah Kerajaan Inggris, mengatakan, "Saya benar-benar tahu apa yang dimaksud dengan bukti itu, dan saya katakan pada anda, bahwa bukti-bukti mengenai kebangkitan itu belum pernah dapat dipatahkan."

MENGAPA ANDA PERCAYA

Kebangkitan Kristus adalah pusat iman seorang Kristen. Ada beberapa alasan mengapa mereka yang mempelajari kebangkitan, percaya bahwa itu benar :

NUBUATAN:
Pertama, Yesus sendiri yang menubuatkan kematian dan kebangkitan-Nya, dan hal-hal itu terjadi persis seperti yang telah dikatakan-Nya sebelumnya (Lukas 18:31-33).

KUBUR YANG KOSONG:
Kedua, kebangkitan adalah satu-satunya penjelasan yang masuk akal atas kuburan-Nya yang kosong. Pembacaan yang cermat pada cerita Alkitab menunjukkan bahwa kuburan dimana mereka membaringkan tubuh Yesus dijaga dengan ketat oleh prajurit-prajurit Roma dan ditutupi oleh batu yang sangat besar. Jika Yesus tidak mati tetapi hanya menjadi lemah (setelah mati suri), seperti yang dikatakan oleh beberapa orang (agama?), para penjaga dan batu tersebut akan menghalangi pelarian-Nya. Berbagai usaha penyelamatan yang dilakukan oleh para pengikut-Nya pun tidak akan dapat dilakukan. Sementara itu musuh-musuh Yesus tidak akan menyembunyikan tubuh Yesus karena tubuh-Nya yang hilang dari kubur hanya akan menguatkan kepercayaan akan kebangkitan-Nya.

PERJUMPAAN-PERJUMPAAN PRIBADI:
Ketiga, kebangkitan adalah satu-satunya penjelasan atas penampakan Yesus Kristus di hadapan murid-murid-Nya. Setelah kebangkitan-Nya, Yesus menampakkan diri paling tidak 10 kali di hadapan orang-orang yang mengenal Dia dan pada suatu saat kepada lebih dari 500 orang. Tuhan membuktikan bahwa penampakan-penampakan tersebut bukanlah halusinasi: Ia makan dan berbicara dengan mereka dan mereka menyentuh tubuh-Nya.(I Yohanes 1:1)

KELAHIRAN GEREJA:
Keempat, kebangkitan adalah satu-satunya penjelasan yang masuk akal bagi permulaan gereja Kristen. Sampai saat ini gereja adalah lembaga terbesar yang bertahan atau yang telah bertahan dalam sejarah dunia. Lebih dari setengah kotbah-kotbah yang pernah diberitakan berkaitan dengan kebangkitan (Kisah Para Rasul 2:14-36). Nampak dengan jelas bahwa gereja mula-mula mengetahui bahwa kebangkitanlah dasar dari kotbah atau berita tersebut. Musuh-musuh Yesus dan para pengikut-Nya dapat menghentikan kotbah tersebut kapan saja hanya dengan menunjukkan tubuh Yesus, kalau memang Yesus tidak bangkit.

HIDUP YANG DIUBAHKAN:
Kelima, kebangkitan adalah satu-satunya penjelasan yang masuk akal atas hidup murid-murid yang diubahkan. Mereka menyangkali Dia sebelum kebangkitan-Nya; setelah kematian-Nya mereka menjadi gentar dan penuh ketakutan. Mereka tidak memiliki harapan bahwa Yesus akan bangkit dari kematian (Lukas 24:1-11).

Sekalipun demikian, setelah kebangkitan Yesus dan pengalaman mereka pada saat Pentakosta, pria dan wanita yang sama, yang gentar dan putus asa itu diubahkan oleh kuasa kebangkitan Kristus yang dahsyat. Dalam nama Yesus, mereka menjungkirbalikkan dunia. Banyak yang bersedia mati untuk iman mereka; yang lainnya dianiaya dengan kejam. Sikap mereka yang penuh keberanian mustahil terlepas dari keyakinan mereka bahwa Yesus benar-benar telah dibangkitkan dari kematian - suatu kebenaran yang pantas dipertahankan sampai mati.

Selama 40 tahun bekerja dengan para intelektual dari dunia perguruan tinggi, saya pernah bertemu seseorang yang belum mengakui bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah, Mesias yang dijanjikan, dengan jujur meneliti adanya bukti yang sangat banyak tentang keilahian dan kebangkitan Yesus orang Nazaret. Sementara beberapa orang yang belum percaya lainnya dengan jujur mengakui, "Saya belum menyediakan waktu untuk membaca Alkitab atau memikirkan fakta-fakta sejarah tentang Yesus."

TUHAN YANG HIDUP:
Karena kebangkitan Yesus, para pengikut-Nya yang sejati tidak lagi sekadar mengamati kode etik dari pemimpin yang telah mati, tetapi lebih jauh lagi memiliki suatu hubungan yang penting dan pribadi dengan Tuhan yang hidup. Yesus Kristus hidup hari ini dan dengan setia memberkati dan memperkaya kehidupan rohani semua orang yang percaya dan mentaati Dia. Selama berabad-abad, banyak orang telah mengakui kebenaran tentang Yesus Kristus, termasuk banyak dari mereka yang mempengaruhi dunia.

Ilmuwan dan filsuf Perancis, Blaise Pascal, berbicara mengenai kebutuhan manusia akan Yesus saat dia berkata,"Ada satu kekosongan yang telah diciptakan Allah dalam hati setiap orang, yang hanya dapat diisi oleh Allah sendiri melalui Putera-Nya Yesus Kristus."
Maukah Anda mengenal Yesus Kristus secara pribadi sebagai Juruselamat yang hidup. Sesungguhnya anda dapat! Yesus ingin sekali menjalin hubungan pribadi yang penuh kasih dengan anda, dan Dia mempunyai rencana-rencana penting bagi anda.

Sayidina Isa Al-Masih Memberkatimu
dontworrybehappy
Oleh: santoluki
Tanggal: 24 Jan 07 21:05



http://myquran.org/forum/index.php/topic,14888.0/prev_next,prev.html#new

Keilahian dan karya penebusan Kristus adalah isi pokok berita (kerygma) dari para murid setia Yesus yang disebut Para Rasul, yang menyebarkannya sesudah peristiwa turunNya Roh Kudus yang dijanjikan Kristus atas mereka, pada hari Pentakosta (Kisah Rasul 2). Kristus itulah inti Injil, yang semula diberitakan secara lisan. Karena Kristus tak pernah menulis Kitab ataupun menerima Kitab dari sorga, maka Dia tak meninggalkan Kitab apapun pada para rasulNya ini, karena Dia sendiri adalah Firman Allah yang menjadi manusia. Lebih jauh lagi, Iman akan keilahian Kristus dan Gereja (Ekklesia) telah ada lebih dulu sebelum Kitab Suci ( Perjanjian Baru) dituliskan.


“Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.” (2 Petrus 1:20-21)


Setelah membaca Alkitab, Muslim memandang Yesus hanya sebagai nabi biasa, Saksi Yehuwa memandang Yesus sebagai Tuhan yg 1 level di bawah Allah (demiurgos), dsb.. dsb.. Lalu siapa yg harus dipercaya?

Para pembaca Alkitab boleh memiliki pandangan yang berbeda atas arti Alkitab dan memelintir ayat-ayat Alkitab untuk kepentingan pribadinya, tapi arti yang paling benar tentunya adalah yang dimaksud oleh penulis Alkitab (para rasul). Penafsiran yang paling benar akan kitab suci haruslah dengan menggunakan kacamata para rasul (yang menulis kitab-kitab Perjanjian Baru), dan kacamata rasuli tersebut tetap diteruskan secara turun-temurun kepada Gereja Katolik melalui khilafah rasuliah (suksesi apostolik) yang telah diberikan kuasa mengajar secara tidak bisa salah oleh Yesus Kristus (Matius 16:18-20) sebagai jaminan validitas suatu ajaran terhadap ke-bagaimana-an Kristus.


Bukti tidak terputusnya apostolic teaching tentang ke-bagaimana-an Yesus Kristus:

Ajaran Para Rasul (yang menulis dokumen2 Perjanjian Baru) tentang Kristus - beberapa contoh:

Rasul Petrus:

“Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus, kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.” (2 Petrus 1:1)

Petrus menyebut Yesus sebagai Allah dan Juruselamatnya.

“Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka.” (2 Petrus 2:1)

Petrus menyebut Yesus sang penebus sebagai “Penguasa”.


Rasul Yohanes:

“Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam Anak-Nya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal.” (1 Yohanes 5:20)

Yohanes menyebut Yesus sebagai Allah yang benar.


Rasul Yakobus:
“Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka.” (Yakobus 2:1)

Yakobus beriman kepada Yesus dan menyebutNya sebagai Tuhan yang mulia.


Rasul Yudas Tadeus:

“Bagi Dia, yang berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung dan yang membawa kamu dengan tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya, Allah yang esa, Juruselamat kita oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, bagi Dia adalah kemuliaan, kebesaran, kekuatan dan kuasa sebelum segala abad dan sekarang dan sampai selama-lamanya. Amin” (Yudas 1:24-25)

Yudas Tadeus menyebut Yesus sebagai Allah yang esa.


Rasul Paulus:
“Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan, dan kamu telah dipenuhi di dalam Dia. Dialah kepala semua pemerintah dan penguasa.” (Kolose 2:9-10).



Sudut Pandang Murid-murid para rasul (apostolic fathers):

Agar tidak terlalu banyak, maka hanya saya tampilkan beberapa murid dari garis rasul Yohanes:

Ignatius dari Antiokhia (Murid Rasul Yohanes dan ditahbiskan oleh Rasul Petrus menjadi pemimpin Gereja Antiokhia)
“For our God, Jesus Christ, was, according to the appointment of God, conceived in the womb by Mary, of the seed of David, but by the Holy Ghost.”
“Karena Allah kita, Yesus Kristus, dikandung oleh Maria sesuai dengan rencana Allah: dari keturunan Daud, itu benar, tapi juga dari Roh Kudus” (Epistle to the Ephesians 1)


Polikarpus dari Smyrna (Murid Rasul Yohanes)
“If then we entreat the Lord to forgive us, we ought also ourselves to forgive; for we are before the eyes of our Lord and God, and "we must all appear at the judgment-seat of Christ, and must every one give an account of himself."” (Epistle to the Phillipians 6)


Irenaeus (murid Polikarpus murid Rasul Yohanes)
"Karena Gereja, meskipun tersebar diseluruh dunia bahkan sampai akhir Bumi, telah menerima dari para rasul dan dari murid mereka iman akan satu Allah, Bapa yang maha Kuasa . . . dan dalam satu Yesus Kristus, Putra Allah, yang menjadi daging untuk keselamatan kita; dan dalam Roh Kudus" (Against Heresies 1:10:1)

Dst… dst… turun-temurun tanpa terputus sampai kepada Gereja masa kini yang mengakui bahwa Yesus adalah Allah.


Banyak orang memelintir ayat-ayat Alkitab dan mencari-cari sudut kemanusiaan Yesus untuk menyerang keilahianNya.
Yesus adalah manusia sepenuh, itu adalah kebenaran dari ajaran rasuli, oleh karena itu tidak ada yang salah ketika Para Rasul menuliskanNya sebagai nabi, dan tidak hanya nabi, melainkan juga Raja dan Imam karena memang dalam kemanusiaanNya, Yesus harus melaksanakan tugas Nabi, Imam, dan Raja.
Tapi di sisi lain, para rasul (yang menulis keempat Injil Kanonik dan dokumen-dokumen Perjanjian Baru lainnya) juga mengajarkan bahwa Yesus adalah Allah sepenuh.

Untuk sementara saya merasa belum perlu untuk mengutip berjibun klaim2 keilahian Yesus, tapi yang jelas, ketika Para Rasul yg menulis Injil juga menuliskan pengakuan2 kemanusiaan Kristus, ternyata hal tsb tidak menjadikan Para Rasul menolak dan bahkan mengakui keilahianNya seperti yang sudah aku kutipkan di atas.

Akhirnya,
Tafsiran siapa yang lebih dapat dipercaya?
Tafsiran Alkitab yang dimengerti oleh para pembaca Alkitab yang tidak memiliki garis khilafah rasuliah?
Atau yang dimengerti penulis Alkitab itu sendiri yang kemudian mewariskan imannya akan keilahian Kristus tidak hanya melalui buku-buku Perjanjian Baru melainkan lebih tegas lagi secara turun-temurun melalui mata rantai khilafah rasuliah (suksesi apostolik)?

Silahkan jujur.



Saya tidak akan memberikan tanggapan yg terlalu jauh dari argumen pembuka Axl, karena saya hanya akan fokus thd topik dan tidak mau OOT.


Ronde 2: Respon hawari89 thd argumen pembuka Axl



Kutip dari: Axl W Rusyd pada 21 Juni 2007, 01:24:12 pm
SIAPAKAH YESUS MENURUT ORANG YAHUDI SAAT ITU?

………

Kesimpulan I : Konsensus masyarakat saat itu beliau adalah NABI.


Orang-orang Yahudi tentang siapa Yesus:

Tidak ada yang salah ketika Para Rasul yang menulis Injil menuliskan bahwa banyak orang Yahudi yang memandang Yesus sebagai nabi. Tapi para rasul juga menuliskan bahwa menurut banyak orang Yahudi, Yesus adalah manusia yang menyamakan diriNya dengan Allah.

Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya:"Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?" (Markus 2:6-7)

Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah. (Yohanes 5:18)

Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah." (Yohanes 10:33)


Karena klaim-klaim keilahianNya-lah Yesus dianggap melakukan salah satu bentuk menghujat Allah karena menyamakan diriNya dengan Allah, dan oleh sebab itu orang Yahudi hendak membunuhNya dengan melempari batu, karena itu adalah salah satu cara dari hukum Taurat (Imamat 24:16)


Kesaksian Kayafas, Imam besar Yahudi di depan Sanhedrin tentang Yesus:


Maka Imam Besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata: "Ia menghujat Allah. Untuk apa kita perlu saksi lagi? Sekarang telah kamu dengar hujat-Nya. (Matius 26:65)


Sudah menjadi tradisi Yahudi bagi orang yang pertama kali mendengar penghujatan terhadap Allah untuk ‘mengoyak pakaian’-nya, terutama terhadap penghujat yang menyamakan diri dengan Allah dan dengan demikian telah menghina nama YAHWEH.


"Whosoever hears the cursing of the name (of God) is obliged to rend, even at the cursing of the surnames he is obliged to rend; and he that hears it from an Israelite, both he that hears, and he that hears from the mouth of him that hears, he is obliged to rend; but he that hears from the mouth of a Gentile, is not obliged to rend;” (Misnah Sanhedrin, chapter 7:5)


Lalu sebenarnya apa yang dikatakan Yesus hingga Kayafas harus menuduhNya menghujat Allah karena menyamakan diriNya dengan Allah?
Mari lihat ayat sebelumnya:

“Jawab Yesus: "Engkau telah mengatakannya. Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit."”(Matius 26:64)

Lebih mantap kalau melihat terjemahan Inggris:

“Jesus said unto him, Thou hast said: nevertheless I say unto you, Henceforth ye shall see the Son of man sitting at the right hand of Power, and coming on the clouds of heaven.”


Ketika Yesus mengatakan bahwa Ia “duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa”, ini berarti bahwa Ia mencoba mengatakan bahwa Kuasa / Power ada di tanganNya dan bahwa Ia sedang berusaha menyematkan nubuatan Daniel akan Raja Mesianik Ilahi yang memiliki Kuasa memerintah selama2Nya (Daniel 7:13).
Dalam banyak tulisan Yahudi (Maccot 24: 1, Horayot 8:1, Debarim Rabba 245:4, Melacim chapter 8:10, dsb, dsb), YAHWEH sering disebut sebagai הגבורה, "The Power", sehingga perkataan Yesus tersebut berarti menyamakan diriNya dengan YAHWEH Elohim.

Jadi jelas, menurut KONSENSUS PARA IMAM YAHUDI, Yesus telah menyamakan diriNya dengan Allah.



Kutip
SIAPAKAH YESUS MENURUT PARA MURIDNYA?

Sudah terjawab di postingan ronde 1-ku.

Silahkan dibaca kembali bagaimana Para Rasul yang aku kutipkan (Petrus, Yakobus, Yohanes, Tadeus, Paulus) dan para murid mereka mengakui keilahian Yesus Kristus. Dan iman inilah yg dengan setia diteruskan secara turun-temurun kepada Gereja melalui khilafah rasuliah



Kutip
SIAPAKAH YESUS MENURUT DIRINYA SENDIRI?

Sampai detik ini aku bahkan belum merasa perlu untuk mengutip berjibun klaim2 Yesus akan keilahianNya. Ini karena logika yang sederhana:
“bahkan ketika para rasul menuliskan sisi kemanusiaan Yesus dalam 4 Injil kanonik dan dokumen2 Perjanjian Baru yg lain, ini tidak mengubah ajaran rasuli mereka bahwa Yesus tidak hanya manusia sepenuh, tapi juga adalah Allah sepenuh”.

Tapi secara tidak langsung tnyata aku sudah memberikan satu klaim Yesus di atas (dialog Yesus dengan kayafas).



Kutip
Dari sekian fakta, baik masyarakat, murid-murid terdekatnya hingga dirinya sendiri bersiteguh bahwa yesus hanyalah seorang utusan Allah, seorang Nabi….lalu mengapa manusia memaksanya menjadi lebih dari kedudukan yang dianugerahkan Allah kepada beliau?

Tidak ada yang salah ketika semua orang mengatakan bahwa Yesus adalah manusia, nabi, dan utusan. Orang Kristen juga mengakui hal itu.

Tapi apakah Yesus hanya sekedar utusan? Dan apakah utusan selalu lebih rendah dari yang mengutus?


“Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” (Yohanes 1:1)


Yesus adalah manifestasi dari firman Allah (Yoh 1:14), firman itu senantiasa berdiam dalam diri Allah (Yoh 14:10) dan melalui firman inilah Allah berkarya (Yoh 1:1-4, Kej 1:1-25). Firman ini bukan ciptaan karena tidak ada ciptaan yang mampu menjadikan ciptaan lainnya.

Utusan tak mungkin ada tanpa adanya pengutus, begitu juga firman takkan ada tanpa adanya sumber firman. Firman pun tak mungkin menyuarakan kehendak dirinya sendiri TAPI menyuarakan kehendak sumbernya (Yoh 8:42, Yoh 12:49), inilah yang menjadikan Sang Firman SATU dan sekehendak dengan sumberNya (Yoh 10:30).

Orang-orang beriman PASTI meyakini, berinteraksi dengan firman Allah adalah ibarat berinteraksi langsung dengan Allah sendiri (Yoh 14:7-9), karena sebagai firman (sesuatu yang pada hakikatnya tak berwujud), meskipun keduanya bisa dibedakan, Firman tidak mungkin dipisahkan dari sumber Firman itu sendiri, keduanya adalah satu pada saat yang bersamaan, karena tidak mungkin sumber Firman pernah ada waktu ketika tidak memiliki Firman (alias bisu).

Disinilah letak kesatuan dan kesamaan antara Allah sebagai Pengutus dan kemanusiaan Yesus (Sang Firman) sebagai yang Diutus.
Berbeda dengan jika utusan itu adalah manusia lain yang diangkat sebagai utusan/nabi, manusia itu jelaslah berbeda dan terpisah dari Allah karena manusia itu bukan Firman Allah yang menjadi daging.

Jadi, apakah benar 'yang diutus' selalu lebih rendah dari 'yang diutus'?
Apakah tidak mungkin 'yang diutus' itu sendiri ternyata adalah 'yang memiliki pesan untuk disampaikan'?



Assalaamu'alaikum Wr.Wb
Salam sejahtera semuanya.

Round 3
Pertanyaan 1 untuk saudaraku Hawari89 :
Tabel 1

Kutip
1. Sebab Akulah TUHAN, Allahmu, Yang Mahakudus, Allah Israel, Juruselamatmu. Aku menebus engkau dengan Mesir, dan memberikan Etiopia dan Syeba sebagai gantimu. Yesaya 48:17

Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. (Yohanes 17:3)

Dibandingkan dengan :
Tabel 2

Kutip
namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup. ( 1 Korintus 8 : 6 )

Mat 16:22 Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau."

Atau :
Yohanes 4 : 19 “Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi “.

Mohon dijelaskan apa bedanya istilah TUHAN ALLAH ( Pada PL, dan Kata Yesus ) dengan istilah ALLAH dan TUHAN ( yang juga Nabi ) pada table 2...

2. Apakah perbedaan Ke-Ilahian Yesus dengan tokoh-2 di bawah ini :


Kutip
Mazmur 82 : 6-7 Aku sendiri telah berfirman: "Kamu adalah allah, dan anak-anak Yang Mahatinggi kamu sekalian. Namun seperti manusia kamu akan mati dan seperti salah seorang pembesar kamu akan tewas."
Perhatikan "a" nya...
Atau :

Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Lihat, Aku mengangkat engkau sebagai Allah bagi Firaun, dan Harun, abangmu, akan menjadi nabimu. (keluaran 7 : 1 )
lihat huruf “A” nya.

Karena ke-allahan himpunan anak-2 yang Maha Tinggi dan ke-Allahan Musa adalah KLAIM ALLAH sendiri, bukan manusia, semacam rasul atau Bapa gereja, apalagi diri mereka sendiri.

3. Pernyataan saudara pada tanggapan round 2:

Kutip
Firman tidak mungkin dipisahkan dari sumber Firman itu sendiri, keduanya adalah satu pada saat yang bersamaan.
Pertanyaannya :
Karena ada pernyataan TIDAK MUNGKIN, apakah ketika Yesus beraktivitas misalnya : Lapar, Haus, gentar, marah dan juga BERDOA, saat itu juga SATU PADA SAAT YANG BERSAMAAN?



Pertanyaan Pertama



Kutip
Yesaya 48:17
Kata ’TUHAN’ disana adalah ‘YAHWEH’.
LAI menerjemahkannya dengan ‘TUHAN’ atau ‘ALLAH’ (kapital semua) tergantung apakah menggunakan ‘yhwh elohim’ atau ‘yhwh adonay’.



Kutip
Yohanes 17:3
Kata ‘Allah’ disana adalah ‘theos’.Amazingly, kata ‘theos’ juga banyak dilekatkan kepada Yesus (misal:Yohanes1:1). Dan melihat seluruh Yohanes17, kita akan menemukan klaim-klaim Yesus akan kesetaraanNya dengan Bapa.

Arti ayat itu sendiri:
“…..What is said here of the only true God seems said in opposition to the gods whom the heathens worshipped; not in opposition to Jesus Christ himself, who is called the true God by John, in 1John 5:20…..” (Adam Clarke's Commentary on Bible)




Kutip
1Korintus 8:6
Kata ‘Allah’ disitu adalah ‘theos’.
Digunakan kata ‘satu Allah’ karena jemaat Gereja Korintus (yang baru bertobat) ternyata masih terlibat berhala2 (lihat konteks seluruh pasal 8).

Kata ’Tuhan’ disitu adalah ‘kurios’.
Digunakan kata ‘satu Tuhan’ karena Tuhan Gereja bukanlah berhala, melainkan Yesus-lah “….The Only one visible Governor of the world and the Church, by whom are all things: who was the Creator, as he is the Upholder of the universe....” (Adam Clarke's Commentary)


Kutip
Mat 16:22…Atau…Yohanes 4:19.

Saya anak yang open-minded.‘Kurios’ pada ayat2 diatas memang lebih mengarah kepada ‘Tuan’.

Kurios : From kuros (supremacy); supreme in authority,that is,(as noun) controller; by implication Mr. (as a respectful title): God,Lord,master,Sir…
(Strong’s Hebrew-Greek Dictionary)

Inilah kesulitan transmisi bahasa. ‘Kurios’ memang dapat berarti ‘Godship’,atau ‘Lordship’,atau keduanya sekaligus. Pada ayat2 tersebut, LAI ternyata menggunakan ‘Godship’-‘Lordship’ secara bersamaan.
Ini tidak mengurangi fakta bahwa orang2 Kristen Inggris menggunakan ‘Lord’ kepada Yesus untuk menunjukkan ‘Godship’-Nya juga



Pertanyaan kedua



Kutip
Mazmur 82:6-7 Aku sendiri telah berfirman: "Kamu adalah allah, dan anak-anak Yang Mahatinggi kamu sekalian. Namun seperti manusia kamu akan mati dan seperti salah seorang pembesar kamu akan tewas."
Perhatikan "a" nya...

Tidak ada “a” besar atau kecil. Yang digunakan di situ tetap ‘elohim’.
Bahasa Hebrew: miskin struktur tapi kaya ekspresi. Sama2 menggunakan kata ‘elohim’, tapi orang Yahudi mudah membedakan kapan kata tersebut berarti ‘Yahweh’ atau berarti yang lain. Dan ayat di atas adalah contoh penggunaan ‘elohim’ untuk arti yg lain.

Kata ‘kamulah allah’ merupakan sindiran keras untuk para hakim yg sewenang2 memegang kekuasaan yang diberikan. Karenanya mereka akan mati seperti pembesar2 culas terdahulu.



Kutip
Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Lihat, Aku mengangkat engkau sebagai Allah bagi Firaun, dan Harun, abangmu, akan menjadi nabimu. (keluaran 7:1)

Perhatikan bahwa sekalipun ayat ini menyebut Musa sebagai ‘Allah’, tetapi ada tambahan kata-kata ‘bagi Firaun’. Ini jelas menunjukkan bahwa Musa bukanlah Allah dalam arti sesungguhnya, karena tidak mungkin Allah bersifat ’lokal’ bagi Firaun seorang.

Lalu bagaimana mengartikannya?

..I have made thee a god to Pharaoh..
--"made," that is, set, appointed; "a god"; that is, he was to act in this business as God's representative, to act and speak in His name and to perform things beyond the ordinary course of nature.. (Eksposisi Jamieson,Fausset,Brown)

Saat itu, Allah memang memberikan wewenangNya kepada Musa untuk menegur Firaun. Hanya saat itu saja, tidak lebih.
Kalau teliti, anda akan menemukan kalau ini justru memperjelas postingan saya tentang beda Yesus Sang Firman dengan nabi biasa.



Pertanyaan Ketiga



Kutip
apakah ketika Yesus: Lapar,Haus,gentar,marah,dan juga BERDOA,saat itu juga SATU PADA SAAT YANG BERSAMAAN?


"…dan segala milik-Ku adalah milik-Mu dan milik-Mu adalah milik-Ku, dan Aku telah dipermuliakan di dalam mereka.."(Yohanes 17:10)

Dalam keilahianNya, Yesus SELALU satu dan sekehendak dengan Bapa. Namun tidak dengan kemanusiaanNya yang memang lebih rendah dari Bapa. Kedua naturNya berjalan bersama tanpa bercampur satu sama lain.

Itulah apostolic teaching Para Rasul tentang Yesus dan ditegaskan kembali oleh Pengakuan Iman Athanasius untuk menghadapi ajaran musrik Arius yang mengajarkan bahwa Yesus adalah ciptaan sulung,dan dalam proses penciptaan, Allah dibantu oleh ciptaan sulungNya.


"…Allah sepenuhnya dan manusia sepenuhnya.....Sejajar dengan Bapa dalam Keilahian-Nya, dan lebih rendah daripada Bapa di dalam kemanusiaan-Nya….Satu secara bersama-sama, bukan oleh percampuran substansi, melainkan kesatuan dalam pribadi. Sebagaimana satu tubuh dan jiwa adalah satu orang, demikian pula Allah dan manusia adalah satu Kristus..." (Pengakuan Iman Athanasius)


Jadi sangat sia-sia menyerang keilahian Kristus melalui kemanusiaanNya.

Lalu mengapa harus Allah dan manusia pada satu Kristus?
Clue dari Protestan:

16.Mengapa Dia harus seorang manusia sejati dan benar?
Sebab keadilan Allah menuntut pembayaran untuk dosa dilakukan oleh kodrat manusia yang telah berdosa itu (Roma 5:18), sedangkan seorang manusia tidak sanggup melakukan pembayaran untuk dosa orang lain karena dia sendiri pun berdosa (1Petrus 3:18).

17.Mengapa Dia harus juga Allah sejati?
Supaya dengan kuasa keallahan-Nya (Yesaya 9:5) Dia dapat menanggung (Yesaya 53:11) beban murka Allah atas kemanusiaan-Nya (Mazmur 130:3), memperoleh kebenaran dan kehidupan bagi kita, dan mengembalikannya kepada kita (1Yohanes 4:9).
(Heidelberg Cathecism: 16&17)

Pelajari ‘Perjanjian Anugerah’ Allah, dan anda akan mengerti.

Mesias

Oleh Gr. Kaha (Einjil.com)


“… Engkaulah Mesias dari Allah!” Ungkapan ini disampaikan oleh Petrus, ketika Yesus selesai bertanya kepada para murid “Siapakah Aku ini?” Ternyata jawaban para murid, khususnya jawaban Petrus, lahir dari sebuah pengalaman yang langsung mengungkapkan keyakinan dan pandangan keagamaan mereka sendiri.


Sepintas tentang Mesias dalam Paham Yahudi


Kita semua mengetahui bahwa orang-orang Yahudi sangat yakin bahwa mereka adalah umat pilihan Allah. Oleh karena itu, suasana dan pengalaman hidup mereka pun harus lebih istimewa dari bangsa-bangsa lain; mereka harus selalu diberkati. Tetapi sayang dalam perjalanan hidup, mereka justru terjebak pada situasi negeri yang kacau, pemimpin-pemimpin yang korup, di mana-mana ada pemberontakan dan rasa tidak aman. Dalam kondisi macam ini mereka mulai mengharapkan campur-tangan Tuhan atas umat pilihan-Nya itu.


Maka pada zaman itu gagasan tentang datangnya Mesias mulai hidup dan berkembang. Bahkan mereka dengan sangat cepat merumuskan gagasan tersebut dengan alur pikir macam ini:


Sebelum Mesias datang, akan ada masa penganiayaan yang hebat; dunia akan bergoncang dan di mana-mana akan ada kelaparan dan kekacauan. Muncul gejolak sosial dengan berawal dari sikap mementingkan diri sendiri; lalu lahirlah pemimpin-pemimpin korup dan otoriter dan rakyat yang tak bersolider.


Dalam keadaan dunia yang kacau ini akan datang Elia. Dia datang sebagai perintis jalan dan pembawa kabar tentang Mesias. Elia inilah yang menyiapkan jalan bagi datangnya Mesias. Dia dihormati sekaligus dirindukan karena tanpa kehadiran Elia terlebih dahulu, Sang Mesias itu tidak akan datang.


Kalau semua itu sudah terjadi, maka datanglah Sang Mesias, yakni “orang yang diurapi”. (Kata Mesias sama dengan kata Kristus. Mesias dari bahasa Ibrani dan Kristus dari bahasa Yunani, keduanya punya arti sama). Dalam kuasa Mesias inilah bangsa-bangsa bisa bersatu padu, kota suci Yerusalem dipulihkan lagi dan akan ada kedamaian dan kesejahteraan bagi seluruh negeri.


Mesias Harus Menderita dan Ditolak


Ketika para murid menjawab pertanyaan Yesus, yang mereka bayangkan adalah alur pikir macam tadi. Maka Yesus mulai dengan sangat terang dan jelas memaparkan Salib Sang Mesias yang harus dilalui-Nya agar sejarah keselamatan manusia mulai terwujud. Penulis Injil kadang melukiskan sikap bingung banyak orang akan kehadiran Yesus. Misalnya dalam sebuah kisah, Yohanes Penginjil mulai dengan pertanyaan orang-orang Yahudi kepada Yesus:


“Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebingungan?
Katakan kepada kami secara terus terang apakah Engkau Mesias?”


Mereka ingin semua ini keluar dari mulut Yesus sendiri; mereka tidak mau terlalu sibuk dan sulit mencari bukti apakah Ia Mesias atau bukan; mereka tidak ingin bersusah-susah. Tetapi jawaban Yesus: “Saya sudah mengatakan kepada kamu tetapi kamu tidak percaya?” Kenapa mereka tidak percaya? Karena konsep iman tentang Mesias yang ada pada mereka lain sama sekali. Jadi ternyata titik sentral dari pertanyaan Yesus adalah IMAN Kepercayaan.


Memang Yesus sendiri tidak menyatakan secara jelas siapa diri-Nya, tetapi dua hal Yesus gunakan untuk mengatakan itu. Pertama, perbuatan-perbuatan Yesus dan yang kedua, perkataan-perkataan Yesus. Mereka sebenarnya harus sudah bisa menangkap bahwa Yesus adalah Mesias; ketika Dia melakukan perbuatan-perbuatan kasih (menyembuhkan orang, membangkitkan yang mati, dll) atau mereka seharusnya sudah bisa menangkap bahwa Yesus adalah Mesias ketika Dia berkata-kata dengan penuh wibawa dan kuasa. Sayang banyak mereka tidak bisa menerima dan akibatnya mereka menolak dan memusuhi Yesus.


Iman akan Sang Mesias: Jalan Menuju Kehidupan Kekal


Dalam kisah “Pengakuan Iman Petrus” yang kita baca dalam Injil terlihat sangat jelas bahwa iman memainkan peran sangat penting dalam proses mengikuti Yesus. Bahkan bagi semua orang yang percaya, Yesus - Sang Mesias itu - menjanjikan tiga hal untuk kita:


Yesus menjanjikan kehidupan yang kekal.
Yesus menjanjikan kehidupan yang tidak akan berakhir. Kematian bukan akhir dari segala-galanya; bahwa ada hidup sesudah mati, ada akhirat sesudah dunia ini, bahwa kehidupan kita di dunia ini hanya sementara saja. Jangan takut!
Yesus menjanjikan kehidupan yang aman sentosa. Bukan berarti tidak ada penderitaan lagi, bukan berarti tidak ada masalah dan kesulitan lagi, tetapi Dia menjanjikan kehadiran-Nya yang penuh di dalam seluruh pengalaman hidup orang-orang percaya sehingga hidup menjadi sebuah berkat untuk banyak orang.


Petrus berani menjawab karena dia percaya, maka mudah-mudahan dari mulut kita yang percaya pun keluar pengakuan iman itu; dan dalam tindakan nyata kita, terungkap buah-buah dari keyakinan kita. Semoga setiap kita yang membaca pikiran ini pun menyadari Allah sangat mengasihi kita, melalui Yesus kita pun ikut diselamatkan.

Apakah Yesus Yakin Bahwa Ia adalah Anak Allah?

Pengantar

Tanpa berdialog dengan Yesus, bagaimana kita bisa mengetahui misi, motivasi, dan pemahaman mengenai diri-Nya sendiri?
Bagaimana kita bisa mengetahui seperti apa Yesus menganggap diri-Nya? Apakah Yesus menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah dan Mesias, ataukah Dia menganggap diri-Nya tidak lebih dari seorang guru yang berkeliling dan kadang-kadang menimbulkan kerusuhan?

Dengan melihat perilaku-Nya, kita bisa mengetahui apakah Yesus menganggap diri-Nya Mesias dan Anak Allah, atau hanya sekedar nabi/guru.
Kita perlu melihat apa yang Ia lakukan, apa yang Ia katakan, dan bagaimana Ia berhubungan dengan orang lain.


Yesus Berhati-hati

Yesus sedikit misterius tentang identitas-Nya, bukan?
Ia terlihat lebih menghindar daripada menyatakan diri-Nya sebagai Sang Mesias atau Anak Allah secara terang-terangan. Apakah itu karena Ia tidak berpikir bahwa diri-Nya Mesias dan Anak Allah, atau karena Ia memiliki alasan-alasan lain?

Tidak, bukan karena Ia tidak berpikir bahwa diri-Nya Mesias dan Anak Allah.
Jika Ia mengumumkan, "Hai Saudara-saudara, Akulah Tuhan". Itu akan terdengar seperti: 'Akulah Yahweh', karena orang-orang Yahudi pada masa itu belum memiliki konsep Tritunggal. Mereka hanya mengenal Allah Bapa, yang mereka sebut Yahweh, dan bukan Allah Putra atau Allah Roh Kudus.

Pada waktu itu, jika seseorang seseorang mengatakan bahwa dirinya adalah Tuhan, itu tidak akan masuk akal bagi mereka dan akan terlihat sebagai penghujatan. Dan itu akan berakibat buruk bagi Yesus dalam upaya-Nya untuk membuat orang-orang mendengarkan pesan-Nya.

Disamping itu, sudah ada sejumlah pengharapan tentang seperti apakah rupa Sang Mesias, dan Yesus tidak ingin terkotakkan dalam kategori-kategori orang lain. Konsekuensinya, Ia sangat berhati-hati dalam apa yang Ia katakan di depan umum.


Hubungan-Nya dengan ke-12 Murid

Petunjuk-petunjuk apa yang dapat kita temukan tentang pemahaman diri Yesus dari cara Ia berhubungan dengan orang lain?

Perhatikanlah hubungan-Nya dengan murid-murid-Nya. Yesus memilliki 12 murid, tapi perhatikan bahwa Ia bukan salah satu dari ke-12 murid itu.

Jika ke-12 murid itu mewakili Israel yang diperbaharui, bagaimana dengan Yesus? Ia bukan bagian dari 12 murid itu. Ia yang membentuk kelompok itu, tepat seperti Tuhan dalam Perjanjian Lama membentuk umat-Nya dan menetapkan ke-12 suku Israel. Siapakah yang berhak menetapkan kelompok seperti itu, selain Tuhan sendiri? Itu adalah petunjuk tentang apa yang Yesus pikirkan tentang diri-Nya sendiri, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berhak menentukan 12 murid yang mewakili Israel yang diperbaharui.


Hubungan-Nya dengan Pemimpin Yahudi

Hubungan-Nya dengan para pemimpin Yahudi sangat jelas. Dalam Matius 15:11, Yesus membuat pernyataan yang benar-benar radikal tentang: bukan apa yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan apa yang keluar dari hatinya. Terus terang, ini 'mengesampingkan' bagian besar isi dari Kitab Imamat di Perjanjian Lama, dengan aturan-aturan yang cermat untuk menjaga kesucian.

Nah, Para Farisi tidak menyukai pesan ini. Mereka ingin mempertahankan aturan-aturan lama tersebut sebagaimana adanya. Namun Yesus berkata, "Tidak, Tuhan memiliki rencana lebih lanjut. Ia sedang melakukan hal yang baru."
Kita harus bertanya: Orang macam apa yang berpikir bahwa Ia memiliki kekuasaan untuk 'mengesampingkan' kitab-kitab suci Yahudi yang diwahyukan secara ilahi dan menggantikannya dengan ajaran-Nya sendiri?
Kalau Yesus tidak berpikir diri-Nya Anak Allah, tidak mungkin Ia melakukannya.


Hubungan-Nya dengan Penguasa Roma

Dan bagaimana hubungan-Nya dengan para penguasa Roma?
Kita harus bertanya mengapa mereka menyalibkan Dia. Jika Ia hanya sekedar guru bijaksana yang tidak berbahaya, yang mengisahkan perumpamaan-perumpamaan pendek yang menyenangkan, bagaimana Ia bisa disalibkan, khususnya pada musim Paskah, saat tidak seorang Yahudi pun menginginkan seorang Yahudi dihukum mati? Harus ada suatu alasan mengapa tulisan di atas kepala-Nya berbunyi: 'Inilah Raja Orang Yahudi'.

Alasannya adalah Yesus menyatakan keilahian-Nya atau orang banyak berpikir bahwa Yesus menyatakan diri-Nya Anak Allah.


Kerajaan Allah Sudah Datang

Bagaimana dengan mujizat-mujizat Yesus? Mujizat-mujizat yang Yesus perbuat bukan berarti Dia menyatakan diri-Nya Anak Allah, bukan?

Bukan fakta bahwa Yesus melakukan mujizat-mujizat yang menjelaskan pemahaman diri-Nya. Yang penting adalah bagaimana Ia menafsirkan mujizat-mujizat-Nya.

Dalam Matius 12:28, Yesus berkata, "Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu".

Ia tidak seperti pembuat mujizat lainnya yang melakukan hal-hal menakjubkan dan kemudian hidup berjalan seperti biasa. Tidak. Bagi Yesus, mujizat-mujizat-Nya merupakan suatu tanda yang mengindikasikan datangnya kerajaan Allah. Yesus melihat mujizat-mujizat-Nya menunjukkan sesuatu yang belum pernah ada, yaitu kedatangan kekuasaan Tuhan. Ia tidak sekedar melihat diri-Nya sebagai pembuat mujizat, Ia melihat diri-Nya sebagai seorang di dalam siapa dan melalui siapa janji-janji Tuhan digenapi. Ini adalah suatu pernyataan transenden (pernyataan yang melampaui segala sesuatu) yang jelas.


Pemakaian Frase 'Amin'

Yesus disebut Rabi oleh pengikut-pengikut-Nya, bukankan ini berarti bahwa Ia sekedar mengajar seperti rabi-rabi lainnya?

Yesus mengajar dengan cara baru yang radikal. Ia memulai pengajaran-Nya dengan frase: 'Amin (sesungguhnya) Kukatakan kepadamu', yang artinya adalah, "Aku bersumpah sebelumnya atas kebenaran dari apa yang akan Kukatakan". Ini sungguh-sungguh revolusioner.

Adat orang-orang Yahudi adalah mereka memerlukan kesaksian dari 2 saksi, yang mana saksi A dapat bersaksi atas kebenaran dari saksi B dan sebaliknya. Tetapi Yesus bersaksi atas kebenaran perkataan-perkataan-Nya sendiri. Bukannya mendasarkan ajaran-Nya pada otoritas orang lain, Ia berbicara atas otoritas-Nya sendiri. Jadi inilah Yesus, Seseorang yang menganggap diri-Nya memiliki otoritas di atas dan melampaui apa yang dimiliki nabi-nabi Perjanjian Lama. Ia percaya bahwa Ia memiliki tidak saja inspirasi Ilahi, seperti yang dimiliki Raja Daud, namun juga otoritas Ilahi dan kekuasaan Ilahi secara langsung.


Pemakaian Frase 'Bapa'

Sebagai tambahan pada penggunaan frase 'Amin' dalam pengajaran-Nya, Yesus menggunakan istilah 'Abba' (Bapa), ketika Ia berhubungan dengan Tuhan.

'Bapa' mengkonotasikan kedekatan dalam suatu hubungan antara seorang anak dan ayahnya. Yang menarik, istilah itu juga digunakan murid-murid untuk menyebut guru terkasih mereka. Namun Yesus menggunakannya untuk Tuhan. Ia dan pengikut-pengikut-Nya adalah satu-satunya yang berdoa dengan cara demikian.

Dalam konteks Yahudi pada saat itu, orang-orang Yahudi berusaha menghindari pengucapan nama Tuhan. Nama Tuhan adalah kata paling kudus yang dapat diucapkan dan mereka takut salah mengucapkannya. Jika mereka hendak mengacu kepada Tuhan, mereka mungkin akan mengatakan sesuatu seperti: 'Yang Kudus, terpujilah Dia', namun mereka tidak akan menggunakan nama pribadi-Nya.

Dan 'Bapa' adalah suatu istilah sangat pribadi. Pentingnya istilah 'Bapa' adalah bahwa Yesus merupakan pengambil inisiatif dalam hubungan yang sangat dekat yang sebelumnya tidak ada. Pertanyaannya adalah: Orang macam apa yang dapat mengubah-ubah istilah-istilah berkaitan dengan Tuhan? Orang macam apa yang dapat memulai suatu hubungan janji yang baru dengan Tuhan?

Itu menunjukkan bahwa Yesus memiliki hubungan sangat dekat dengan Tuhan, yang tidak sama dengan apapun yang ada dalam kehidupan orang Yahudi saat itu. Dan kejutannya, hanya dengan memiliki hubungan dengan Yesus, maka manusia mempunyai hubungan dengan Allah sebagai Bapa. Siapakah Yesus, yang bisa menentukan hubungan dengan Allah sebagai Bapa? Jawabannya, Yesus yang adalah Anak Allah.


Gambaran Yohanes tentang Yesus

Dalam pembukaannya, Injil Yohanes menggunakan bahasa yang agung dan dengan tegas menyatakan ketuhanan Yesus:
Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.
Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.
Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.
Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.
(Yohanes 1:1-3,14).

Jika Yesus membaca pembukaan Injil Yohanes, apakah Ia akan mundur ketakutan dan berkata, "Wah, Yohanes kamu benar-benar keliru? Kamu telah membesar-besarkan Aku sampai jadi Allah", ataukah Ia akan mengangguk setuju dan berkata, "Benar, Aku memang demikian adanya"?

Saya tidak memiliki keraguan, bahwa jika Yesus membaca Injil Yohanes, Ia akan mendapati bahwa Injil itu adalah suatu ekspresi yang sesuai dengan identitas-Nya.

Jika Anda mengurangi Injil Yohanes, dan melihat Injil sinoptik (Matius, Markus, Lukas), Anda tetap melihat Yesus sebagai Mesias, Anak Allah.

Dalam Matius 16:15-17, Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya dalam suatu pertemuan pribadi, "Apakah katamu, siapakah Aku ini?"
Petrus menjawab dengan jelas, "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup".
Yesus meneguhkan Petrus atas jawabannya dengan berkata, "Berbahagialah engkau, sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga."


Peneguhan Tuhan atas Identitas Yesus

Yesus juga memiliki peneguhan Tuhan mengenai identitas-Nya: saat kelahiran-Nya(Matius 1:20-23), pembaptisan-Nya (Matius 3:16-17), saat pencobaan-Nya (Matius 4:11), saat transfigurasi/penyataaan kemuliaan Yesus (Matius 17:1-5), dan dalam taman Getsemani (Lukas 22:39-43). Ini semua adalah saat-saat krisis ketika Tuhan mengkonfirmasikan siapa Yesus dan misi-Nya.

Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."
(Matius 3:16-17)

Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja.
Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang.
Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia.
Kata Petrus kepada Yesus: "Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia."
Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia."
(Matius 17:1-5)


Misi Yesus

Menurut Dia apakah misi-Nya?

Ia melihat pekerjaan-Nya adalah datang untuk membebaskan umat Tuhan dari belenggu dosa, jadi misi-Nya diarahkan ke Israel. Hanya ada sedikit bukti bahwa Ia mencari orang-orang bukan Yahudi selama pelayanan-Nya.

Sesudah kebangkitan-Nya, Yesus menyuruh murid-murid-Nya untuk memberitakan berita pengampunan dosa, karena penebusan dosa yang sudah dikerjakan-Nya, kepada semua bangsa di dunia.


Pengubahan Pikiran Murid-murid

Dalam bukunya Reasonable Faith, William Lane Craig menjelaskan sejumlah bukti kuat bahwa dalam waktu 20 tahun setelah penyaliban terdapat suatu Kristologi(pemahaman tentang Kristus) yang sangat berkembang, yang menyatakan bahwa Yesus adalah Tuhan yang berinkarnasi.

Sejarawan gereja, Jaroslav Pelikan, telah menjelaskan bahwa khotbah Kristen tertua, laporan tertua dari seorang martir Kristen, dan doa liturgis tertua (1 Korintus 16:22), semuanya merujuk pada Yesus sebagai Tuhan. Pelikan berkata, "Jelas, itu merupakan pesan dari apa yang dipercaya dan diajarkan gereja bahwa 'Tuhan' adalah nama yang tepat bagi Yesus Kristus."

Apakah ada cara lain yang mungkin bagi perkembangan keilahian Yesus yang begitu cepat ini, jika Yesus tidak membuat pernyataan transenden dan mesianik tentang diri-Nya sendiri?

Tidak ada, kecuali jika murid-murid sepenuhnya melupakan Yesus yang historis(yang ada dalam sejarah) itu dan mereka tidak ikut dalam tradisi-tradisi yang mulai terlibat 20 tahun setelah kematian dan kebangkitan-Nya.

Namun yang menjadi pertanyaan adalah, apa yang terjadi setelah penyaliban Yesus yang mengubah pikiran murid-murid, yang telah menyangkal, tidak taat, dan meninggalkan Yesus? Sangat sederhana, mereka mendapat penegasan bahwa Yesus yang telah bangkit adalah Anak Allah, Mesias yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama.


Kesimpulan

Yesus berpikir bahwa Ia adalah orang yang ditunjuk oleh Tuhan untuk memberikan penyelamatan puncak dari Tuhan dalam sejarah manusia. Ia percaya bahwa Ia adalah perantara Tuhan untuk melakukannya, bahwa Ia telah diotorisasi oleh Tuhan, diberi kuasa oleh Tuhan. Ia berbicara bagi Tuhan, dan Ia diarahkan oleh Tuhan untuk melakukan tugas-Nya. Jadi apa yang dikatakan oleh Yesus, dikatakan oleh Tuhan.

Yesus percaya bahwa Ia berada dalam suatu misi Ilahi, dan misi itu adalah untuk menebus umat manusia. Umat Tuhan sudah tersesat dan Tuhan harus melakukan sesuatu, seperti yang selalu Ia lakukan, untuk ikut campur dan membawa mereka ke jalan yang benar. Tetapi ada suatu perbedaan kali ini. Ini adalah kali yang terakhir. Ini adalah kesempatan terakhir.

Apakah Yesus percaya bahwa Ia adalah Anak Allah, yang diurapi oleh Allah? Jawabannya adalah Ya. Apakah Ia melihat diri-Nya sebagai Mesias? Ya, demikianlah cara-Nya memandang diri-Nya sendiri. Apakah Ia percaya bahwa ada seseorang yang kurang daripada Allah yang dapat menyelematkan dunia?
Tidak. Hanya Yesus, Sang Anak Allah yang dapat menyelamatkan dunia.

Dan di sinilah paradoksnya (hal yang tidak bertentangan, namun kelihatan seperti bertentangan), menjadi seaneh-anehnya: Cara Tuhan untuk menyelamatkan dunia adalah dengan membuat Anak-Nya mati.

Tetapi Allah, dalam sifat keilahian-Nya, tidak mati. Jadi bagaimana Allah akan melakukan ini? Bagaimana Allah menjadi juruselamat umat manusia? Ia harus datang sebagai manusia untuk menyelesaikan tugas itu. Dan Yesus percaya bahwa Dialah yang harus melakukan-Nya. Dalam Markus 10:45, Yesus berkata, "Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."

Dalam Yohanes 10:30, Yesus berkata, "Aku dan Bapa adalah satu." Dengan kata lain: 'Aku memiliki otoritas untuk berbicara bagi Bapa. Aku memiliki kuasa untuk bertindak bagi Bapa. Jika engkau menolak Aku, engkau menolak Bapa.'

Bahkan jika Anda hanya membaca Injil sinoptik (Matius, Markus dan Lukas), Anda tetap akan mendapat kesimpulan yang sama.

Kita harus bertanya, mengapa tidak ada orang Yahudi abad pertama lainnya yang memiliki jutaan pengikut saat ini? Mengapa tidak ada suatu gerakan Yohanes Pembaptis? Mengapa, dari semua figur abad pertama, termasuk para kaisar Roma, Yesuslah yang masih disembah saat ini, sementara yang lainnya sudah hancur menjadi debu sejarah?

Karena Yesus ini, Yesus yang historis, juga adalah Tuhan yang hidup. Karena Ia masih ada, sementara yang lain sudah lama mati.

Sumber :
Lee Strobel, Pembuktian Atas Kebenaran Kristus, Penerbit Gospel Press,
PO BOX 238, Batam Center, 29432. Fax 021-7470-9281

Apakah Yesus Memiliki Sifat-sifat Tuhan?

Pengantar

Perjanjian Lama memberikan banyak mengenai sifat-sifat Tuhan. Tuhan dijelaskan sebagai: Maha Hadir, Maha Tahu, Maha Kuasa, kekal dan tak berubah. Ia mengasihi, kudus, benar, bijaksana dan adil.


Yesus menyatakan diri sebagai Tuhan. Namun apakah Ia memiliki sifat-sifat ketuhanan ini? Jika kita memeriksa dengan teliti, apakah Ia sesuai dengan sketsa Tuhan yang kita temukan di bagian-bagian Alkitab yang lain?

Sebagai contoh, ketika Yesus menyampaikan Khotbah di Bukit, di sebuah bukit di luar Kapernaum, pada saat yang bersamaan Ia tidak berdiri di Jalan Utama Yerikho; Jadi dalam pengertian apa Ia disebut Maha Hadir?
Bagaimana Ia dapat disebut Maha Tahu jika dalam Markus 13:32 Ia mengakui bahwa Ia tidak mengetahui kedatangan-Nya yang kedua kali?
Jika Ia kekal adanya, mengapa Kolose 1:15 menyebut-Nya: 'yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan'?


Yesus Mengampuni Dosa

Apa yang Ia katakan atau Ia lakukan, yang meyakinkan Anda bahwa Yesus adalah Tuhan?

Seseorang dapat menunjuk pada hal-hal seperti mujizat-mujizat-Nya, tetapi orang lain juga melakukan mujizat-mujizat, jadi meskipun ini bisa memberikan indikasi, ini tidak menentukan. Tentu saja, Kebangkitan adalah pembenaran puncak identitas-Nya. Dari banyak hal yang Ia lakukan, yang paling menyolok adalah pengampunan-Nya atas dosa.

Maka dibawa oranglah kepada-Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni."
Maka berkatalah beberapa orang ahli Taurat dalam hatinya: "Ia menghujat Allah."
Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: "Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu?
Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah?
Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" -lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu - "Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!"
Dan orang itupun bangun lalu pulang.
Maka orang banyak yang melihat hal itu takut lalu memuliakan Allah yang telah memberikan kuasa sedemikian itu kepada manusia.
(Matius 9:2-8)

Jika Anda melakukan sesuatu yang melukai saya, saya memiliki hak untuk mengampuni Anda. Tetapi jika Anda melukai saya dan seseorang lain datang menimbrung dan berkata, 'Aku mengampuni', kelancangan macam apa itu?

Satu-satunya orang yang dapat mengatakan hal semacam itu dengan penuh makna adalah Tuhan sendiri, karena dosa, bahkan jika dilakukan terhadap orang lain, pertama-tama dan terutama adalah suatu penentangan terhadap Tuhan dan hukum-hukum-Nya. Jelas di sini Yesus melakukan pekerjaan pengampunan dosa, suatu pekerjaan yang hanya Allah yang mempunyai hak untuk melakukannya.

Ketika Daud berdosa dengan melakukan perzinahan dan mengatur kematian suami wanita itu, akhirnya ia berkata kepada Tuhan dalam Mazmur 51:6, "Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan yang Kau anggap jahat". Daud mengakui, bahwa meskipun ia telah berbuat salah kepada orang-orang, pada akhirnya ia berdosa terhadap Tuhan yang menciptakannya dan Tuhan perlu mengampuninya.

Yesus tidak hanya mengampuni dosa, namun juga Ia tidak berdosa. Dan tentu saja ketidakberdosaan merupakan sifat ketuhanan.


Pengosongan Diri

Bagaimana Yesus bisa Maha Hadir, jika Ia tidak dapat berada di dua tempat secara bersamaan? Bagaimana Ia bisa Maha Tahu, jika Ia berkata, 'Bahkan Anak Manusia pun tidak tahu jamnya Ia datang kembali'? Bagaimana Ia bisa Maha Kuasa sedangkan Injil-injil dengan terus terang memberitahu kita bahwa Ia tidak mampu mengadakan banyak mujizat di kampung halaman-Nya?

Dalam Filipi 2:5-7 dijelaskan:
Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,
yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.

Yesus telah mengosongkan diri-Nya dalam penggunaan independen sifat-sifat-Nya. Ia berfungsi sebagai Tuhan ketika Bapa memberi-Nya persetujuan untuk melakukannya.

Pengosongan diri Yesus akan pemakaian independen sifat-sifat-Nya menjelaskan kepada kita mengapa dalam beberapa kasus Ia tidak mempertunjukkan kemahakuasaan, kemahatahuan, kemahahadiran dalam keberadaan-Nya di bumi, bahkan meskipun Perjanjian Baru dengan jelas menyebutkan bahwa semua kualitas ini pada akhirnya memang benar dimiliki-Nya.


Pencipta atau Diciptakan?

Ada ayat yang mengisyaratkan bahwa Yesus adalah makhluk yang diciptakan, misalnya Kolose 1:15 mengatakan bahwa Ia adalah 'yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan'. Tidakkah ini dengan jelas mengimplikasikan bahwa Yesus diciptakan, berlawanan dengan keberadaan sebagai Pencipta?

Dalam Perjanjian Baru, anak sulung, normalnya menerima bagian tanah yang terbesar, atau anak sulung akan menjadi raja dalam kasus sebuah keluarga kerajaan. Anak sulung dengan demikian adalah yang pada akhirnya memiliki semua hak dari ayah.

Pada abad kedua sebelum Kristus, ada tempat-tempat di mana kata 'sulung' tidak lagi mengandung makna yang pertama diperanakkan atau dilahirkan, namun memuat gagasan kewenangan yang disertai dengan posisi sebagai pewaris yang berhak. Pengertian itulah yang diterapkan kepada Yesus.

Jika Anda hendak mengutip Kolose 1:15, Anda harus tetap mempertahankannya dalam konteks dengan melanjutkannya ke Kolose 1:19, 'Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia'.
Jadi istilah 'sulung' tidak dapat meniadakan kekekalan Yesus, karena itu adalah bagian dari memiliki kepenuhan Allah.

Dalam Yohanes 1:3 dikatakan Yesus adalah pencipta: 'Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.'


Guru yang Baik

Dalam Markus 10:17-18 dikisahkan ada seorang yang bertanya, 'Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?'
kemudian Yesus menjawab, 'Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja'.
Tidakkah Ia menyangkali ketuhanan-Nya dengan mengatakan seperti itu?

Tidak. Ia sedang membuat orang berhenti dan berpikir tentang apa yang Ia katakan: Engkau mengatakan Aku baik, hanya untuk kesopanan, ataukah karena kamu tahu siapa Aku? Apakah engkau benar menganggap Aku memiliki sifat yang seharusnya hanya dimiliki Tuhan? Justru di sinilah Yesus menyatakan diri-Nya Allah.


Bapa Lebih Besar daripada Aku

Yesus berkata dalam Yohanes 14:28, 'Bapa lebih besar daripada Aku' .
Apakah ini berarti Yesus kurang daripada Tuhan?

Murid-murid meratap karena Yesus berkata bahwa Ia akan pergi. Dalam Yohanes 14:28, Yesus berkata 'Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku'. Ini artinya Yesus akan kembali ke kemuliaan yang adalah milik-Nya.

Dalam Yohanes 17:5, Yesus berkata, 'Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada', yang artinya 'Bapa lebih besar dari Aku'.
Yesus berada dalam batasan-batasan inkarnasi, Ia sedang menuju ke salib, Ia sedang menuju ke kematian, namun Ia sedang akan kembali kepada Bapa dan kepada kemuliaan yang Ia miliki bersama Bapa sebelum dunia ada.

Ketika saya berkata 'Presiden Indonesia' lebih besar dari saya, tidak berarti dia punya sifat/esensi lebih besar dari saya. Ia lebih besar dalam kapasitas politik dan sambutan publik, tetapi ia tidak lebih daripada saya sebagai manusia.

Andaikata saya naik ke mimbar dan berkhotbah dan berkata 'Dengan sungguh-sungguh saya menyatakan kepada Anda sekalian bahwa Bapa lebih besar daripada saya', itu adalah suatu perkataan yang agak konyol karena semua orang tahu dengan jelas.

Pernyataan ini akan menjadi bermakna jika yang dibandingkan adalah 2 pribadi yang setara, dalam hal ini Yesus dan Bapa. Dalam hal ini justru jelas bahwa Yesus adalah setara dengan Bapa.


Menyesuaikan Sketsa Tuhan

Dalam Perjanjian Baru semua atribut Tuhan ditemukan dalam diri Yesus Kristus:


Maha Tahu
Sekarang kami tahu, bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu. (Yohanes 16:30)

Maha Hadir
Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir jaman. (Matius 28:20)

Maha Kuasa
Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. (Matius 28:18)

Kekekalan
Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. (Yohanes 1:1)

Tidak Berubah
Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya. (Ibrani 13:8)

Juga, Perjanjian Lama melukiskan suatu gambaran akan Tuhan dengan menggunakan gelar-gelar dan deskripsi-deskripsi sebagai: Alfa dan Omega, Tuhan, Juruselamat, Raja, Hakim, Terang, Batu Karang, Penebus, Gembala, Pencipta, Pemberi Kehidupan, Pengampun Dosa, dan Pembicara dengan Kekuasaan Ilahi. Sungguh memukau bila diperhatikan bahwa dalam Perjanjian Baru setiap dan semuanya itu diaplikasikan kepada Yesus.

Yesus mengatakan dalam Yohanes 14:7, 'Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku'.
Artinya, 'Bila kamu melihat sketsa Tuhan dari Perjanjian Lama, kamu akan melihat hal itu di dalam Aku'.


Sumber:
Lee Strobel, Pembuktian Atas Kebenaran Kristus, Penerbit Gospel Press,
PO BOX 238, Batam Center, 29432. Fax 021-7470-9281

Yesus Kristus, Engkau yang Termulia

Oleh : Stephen Tong
Dikirim oleh: ProJesusChrist (Einjil.com)


Untuk sahabat2 Kristus, sebuah cuplikan renungan dari kotbah Stephen Thong:

1. Yesus harus berada di bawah pengasuhan hukum Taurat 100%. Mengapa Yesus dibaptiskan oleh seorang manusia yang namanya Yohanes Pembaptis? Karena Dia harus menjalankan segala syariat Taurat. Alkitab mengatakan, 'Yesus harus menunggu sampai umur 30 th baru keluar menjadi Mesias.' Mengapa? Karena menurut Taurat, imam tidak boleh dilantik sebelum umur 30 tahun. Mengapa umur 12 tahun harus berjalan kaki berhari-hari dari Nazaret menuju Yerusalem? Karena Taurat menuntut anak 12th pergi ke Bait Allah & ditahbis menjadi Bar-Mitzvah. Mengapakah Yesus Kristus harus dipaku di atas kayu salib? Karena Dia menanggung dosa kau & saya. Menurut Taurat, yang berdosa harus mati.

Yesus dilahirkan melalui wanita, di bawah penguasaan Taurat. Matius 5, Yesus mengatakan, 'Jangan kira Anak manusia datang untuk meniadakan Hukum Taurat. Aku datang justru untuk menggenapkan Taurat' Dia harus taat - setiap titik, nada, huruf, garis dari yang dicatat dalam Taurat. Farisi memperkembangkan pengertian Taurat dalam PL, makin lama makin rumit/complicated. Akhirnya jadi ribuan topik/syariat Taurat dan Yesus tidak melanggar satu pun di antara segala perintah itu. Dalam sejarah seluruh dunia, ada satu orang yang pernah menggenapi seluruh Taurat, bukan Yahudi, rabi, Farisi, Musa; justru hanya satu orang, yaitu Yesus Kristus. Berapa banyak pemimpin agama yang munafik? Berapa banyak dosa disimpan di belakang jubah agama? Berapa banyak pemuka agama berbicara suci tetapi hidupnya najis?

Yesus tidak berdosa, kenapa? Karena Dia sudah menggenapi segala tuntutan Taurat. 100% tuntutan Taurat dijalankan oleh Dia.

2. Yesus memberikan pelajaran dan menjadi contoh bagi kita. Waktu ada keuntungan, Ia tidak merebut; waktu ada kesulitan, Dia tampil ke depan.

Di Getsemani Yudas menjual Gurunya. Para musuh iri & benci, ingin membunuh Yesus Kristus. Yesus Kristus mengatakan satu kalimat: 'Jika engkau menangkap Aku, biarlah orang-orang-Ku ini pergi'. Orang seperti ini sangat sulit ditemukan. Biasanya seorang yang mempunyai bawahan: bawahan boleh mati untuk saya, tetapi saya tidak akan mati untuknya.

Waktu sudah mengenyangkan 5.000 orang dengan roti, mereka mengatakan, 'Kalau demikian, kita tidak usah lagi memilih raja yang mana. Ini saja, karena Dia bisa mengenyangkan kita. Sandang, pangan tidak menjadi persoalan lagi.' Kalau Yesus menjadi presiden, semua kemiskinan akan dibasmi. Waktu Yesus mempunyai kesempatan politik menjadi nomor satu, tempat paling tinggi, Dia mengundurkan diri, naik ke bukit dan sepanjang malam berdoa kepada Allah. Adakah politikus seperti ini? Adakah pemimpin masyarakat seperti ini? Terlalu sedikit.

3. Yesus dilahirkan utk dibuang, diejek, ditolak, tidak diterima, dilupakan dan dilawan. Waktu Yesus kecil kira-kira 11 th, terjadi satu hal di kota asal-Nya, Nazaret. Kota Nazaret melawan Kaisar Roma, mengakibatkan lebih dari 100 orang digantung di kayu salib. Di pinggir jalan sepanjang Nazaret, orang-orang ditancap seperti tiang lampu. Bayangkan bagaimana Yesus kecil lihat banyak kayu salib yang dipancangkan. Dia menemukan arti itulah orang yang dipaku di atas kayu salib. Untuk pertama kalinya fakta riil,kejam,mengerikan, masuk ke impression Yesus Kristus sebagai kanak-kanak. Dan Dia berkata, 'Memang Aku datang untuk menjalankan kehendak Allah.'

4. Selama 24 jam, Dia diadili 6 kali oleh 4 macam manusia. Yang pertama, Herodes, mewakili politik yang tidak beres. Kedua, Pilatus, mewakili korupsi antara hukum dan politik. Ketiga, diadili oleh orang Yahudi yang mewakili massa yang buta. Keempat, Dia diadili oleh imam besar yang mewakili agama yang munafik.
Dia tidak mengeluarkan satu kalimat pun membela diri. Satu kalimat pun tidak keluar dari mulut Yesus untuk membela diri. Dia diam, menyerahkan diri di hadapan Allah yang Mahaadil. Biar diejek, dipukul, ditolak, dihakimi, dihina, namun Dia tinggal diam.

Yesus "Anak Allah": Sebuah Perdebatan

Disampaikan oleh : Deco

Dikutip dari : http://www.sarapanpagi.org/


BINCANG-BINCANG SOAL ISU :
"YESUS ITU ANAK ALLAH"

* Qs 4:171
Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara.
http://quran.al-islam.com/Targama/DispTargam.asp?nType=1&nSeg=0&l=eng&nSora=4&nAya=171&t=ind


* Qs 9:30
Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putra Allah" dan orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putra Allah". Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka ; bagaimana mereka sampai berpaling?
http://quran.al-islam.com/Targama/DispTargam.asp?nType=1&nSeg=0&l=eng&nSora=9&nAya=30&t=ind


Sebagai pengikut Kristus, Anda sampai kapanpun akan berkata "Yesus Kristus itu Anak Allah", dan teman Muslim Anda sampai kapanpun akan selalu menyanggah Anda : "Yesus itu bukan Anak Allah" .

Masih mending Anda belum dimasukkannya dalam laknat Tuhan-nya seperti pada ayat di atas. Bintang-bincang Anda dengan teman Muslim ini tidak akan selesai, karena Anda dan teman Muslim tsb masing-masing meyakini 2 hal yang berseberangan secara diametral dan tidak terjembatani.

Alkitab menyebut bahwa Yesus Kristus itu Anak Allah – ada 59x disebutkan – namun minimal ada 17 kali Qur'an membantah tegas bahwa Allah itu tidak beranak. Makin Anda memaksakan betulnya Anda dalam isu ini, makin yakinlah teman Muslim tetap akan merasa bahwa merekalah yang lebih betul!

Tarik-menarik begini sungguh melelahkan dan sia-sia. Maka carilah titik temu oemahaman Anda bersama dan hanya setelah itu barulah Anda bisa beranjak lebih lanjut dalam diskusi yang menghasilkan (produktif).


Dan titik temu pemahaman bersama sesungguhnya dapat dimunculkan ketika kita secara kreatif mengajukan pertanyaan-balik, dengan pertanyaan kunci kepada dasar referensi mereka, bukannya referensi kita, sebagai berikut :

"Ya kami umat Kristiani memang mengimani secara tegas bahwa "Yesus Kristus itu Anak Allah", dan kami tahu bahwa hal ini disanggah oleh Muslim. Namun kami tidak tahu apa dugaan kalian ketika mendengar kami berkata "Yesus Kristus itu Anak Allah"?. Menurut Anda "Anak Allah" yang macam apakah yang kami percayai itu?


Percayalah, teman Muslim tsb akan terdiam sejenak! Tidak akan mudah baginya untuk menjawab pertanyaan-kunci Anda yang satu ini. Ia akan sedikit menghindar dan menjawabnya dengan mengaburkan substansinya. "Ya, kalian percaya ada Allah yang dipanggil Bapa, ada Allah yang dipanggil Anak atau Yesus itu?"
Hal ini tentu tidak menjawab pertanyaan-kunci Anda. Tegaskan sekali lagi maksud Anda, menanyakan tentang pengertian Qur'an anak "Anak Allah" yang mereka tuduh sesat itu!


Anda jangan menjawab apa-apa sebelum pertanyaan-kunci Anda dijawab! Tidak bisa lain, ia (bersama Anda) harus menjawab dengan merujukkan ayat-ayat Qur'an tentang "anak Allah" atau "Allah yang beranak".


* Qs 19:35
Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: "Jadilah", maka jadilah ia.
http://quran.al-islam.com/Targama/DispTargam.asp?nType=1&nSeg=0&l=eng&nSora=19&nAya=35&t=ind


* Qs 4:171
Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara.
http://quran.al-islam.com/Targama/DispTargam.asp?nType=1&nSeg=0&l=eng&nSora=4&nAya=171&t=ind


* Qs 72:3
dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Tuhan kami, Dia tidak beristri dan tidak (pula) beranak.
http://quran.al-islam.com/Targama/DispTargam.asp?nType=1&nSeg=0&l=eng&nSora=72&nAya=3&t=ind


* Qs 6:101
Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu.
http://quran.al-islam.com/Targama/DispTargam.asp?nType=1&nSeg=0&l=eng&nSora=6&nAya=101&t=ind


Perhatikan, semua ayat diatas ini merujuk kepada pemahaman Muslim bahwa maksud orang-orang Kristiani ini ketika menyebut "Yesus itu Anak Allah" adalah bahwa Allah mendapat Sang Anak dari hubungan badan (biologis) dengan seorang istri.

Kini Anda dapat berkata : "Ya, Maha Suci Allah dari yang mempunyai anak secara biologis.
Bilamana Yesus adalah Anak Allah dalam pengertian demikian, tentu hal itu merupakan penghujatan manusia kepada Allah. Kita pun sebagai umat Kristiani juga akan menolak keras pemahaman 'Allah beranak yang menghasilkan Anak Allah dari hasil hubungan seksual' macam ini!"

Ada celah baru yang mulai menguak... Keingin-tahuan teman Muslim menjadikan suasana hatinya untuk menerima informasi Anda yang jujur, dan tidak apriori ataupun balik menghujat/menuduh, dan menajiskannya. Merekapun akan mencoba bertanya :

"Jadi, bagaimanakah pengertian "Anak Allah" menurut versi keimanan Kristiani?"

Kini, anda mendapat peluang indah untuk menjernihkan salah-paham ini dalam suasana yang jujur dan bersahabat.


Penjelasan tentang "Anak Allah" :

Anda yakinkan kepada mereka "Tidak ada orang Kristiani manapun yang percaya bahwa Allah beranak dan diperanakkan" sebagaimana juga tertulis dalam Qur'an (Qs 112:3). Entah kepada lapisan masyarakat manakah ayat ini diberikan? Karena konsek "Anak Allah" dalam Kristianitas tidak pernah merujuk kepada sesuatu yang ragawi yaitu hasil dari hubungan seksual 'Allah dengan istinya'.
Maha Suci Allah dari yang mempunai anak hubungan biologis!

Itu sebabnya pengertian Anak dalam keimanan kristiani adalah total non-duniawiah, supra-natural/ adi kodrati, yaitu KELAHIRAN-INKARNATIF, dari Kalimat Allah yang disampaikanNya kepada Maryam :


* Qs 4:171
Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara.
http://quran.al-islam.com/Targama/DispTargam.asp?nType=1&nSeg=0&l=eng&nSora=4&nAya=171&t=ind


Isa Al-Masih adalah The-Word incanated, yaitu Firman/Kalimat Allah yang Ilahi turun (nuzul) masuk kedunia (melalui Maria). "lahir" menjadi anak manusia!
Karena disini ada unsur kelahiran, maka istilah "Anak" menjadi sebutan yang tepat sebagaimana yang diwahyukan Allah sendiri pada :


* Yohanes 1:1, 14
1:1 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.
KJV, In the beginning was the Word, and the Word was with God, and the Word was God
TR, εν αρχη ην ο λογος και ο λογος ην προς τον θεον και θεος ην ο λογος
Translit Interlinear, en {pada} archê {permulaan} ên {ada} ho logos {Firman,} kai {dan} ho {itu} logos {Firman} ên pros ton {bersama} theon {Allah,} kai {dan} theos {Allah} ên {(Dia) adalah} ho {itu} logos {Firman.}

1:14 Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.
KJV, And the Word was made flesh, and dwelt among us, (and we beheld his glory, the glory as of the only begotten of the Father,) full of grace and truth.
TR, και ο λογος σαρξ εγενετο και εσκηνωσεν εν ημιν και εθεασαμεθα την δοξαν αυτου δοξαν ως μονογενους παρα πατρος πληρης χαριτος και αληθειας
Translit Interlinear, kai {adapun} ho {itu} logos {Firman} sarx {daging} egeneto {telah menjadi,} kai {dan} eskênôsen {berdiam} en {diantara} êmin {kita,} kai {(bahkan)} etheasametha tên {kita telah melihat} doxan autou {kemuliaanNya,} doxan {kemuliaan} ôs {sebagai} monogenous {Yang Tunggal/ Yang Unik} para {dari} patros {Bapa,} plêrês {penuh} charitos {dengan anugerah} kai {dan} alêtheias {kebenaran.}


Sebutan Isa sebagai Kalimatullah (Sang Firman) tidaklah sia-sia sebab maknanya ditampakkan dalam setiap kalimat yang keluar dari mulut Isa yang selalu adalah Wahyu. Untuk selalu berwahyu, Ia tidak pernah menunggu wahyu dari Jibril atau perantara lainnya, sebab Ia adalah Sang Firman itu sendiri.

Demi kebenaran yang kasat-mata, teman-teman Muslim perlu membuang jauh sangkaan-sangkaannya yang total-keliru tentang pengertian sebutan "Anak Allah", seolah-olah itu bikin-bikinan manusia, atau yang sering mereka tuduhkan bahwa pengertian ini asalnya dari ajaran Paulus.


Gelar "Anak Allah" sama sekali bukan bikin-bikinan manusia. Tidak samasekali! Istilah tersebut justru diumumkan langsung dari mulut Allah sendiri :


* Matius 3:17
lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."
KJV, And lo a voice from heaven, saying, This is my beloved Son, in whom I am well pleased.
TR Translit, kai idou phônê ek tôn ouranôn legousa outos estin ho huios mou ho agapêtos en hô eudokêsa.



Istilah yang sama ini juga dinyatakan dari mulut Gabriel kepada Maria 2 kali :


* Lukas 1:32-35
1:32 Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya,
KJV, He shall be great, and shall be called the Son of the Highest: and the Lord God shall give unto him the throne of his father David:
TR, outos estai megas kai huios upsistou klêthêsetai kai dôsei autô kurios o theos ton thronon dabid tou patros autou

1:33 dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan."
1:34 Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?"

1:35 Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah
KJV, And the angel answered and said unto her, The Holy Ghost shall come upon thee, and the power of the Highest shall overshadow thee: therefore also that holy thing which shall be born of thee shall be called the Son of God.
TR Translit, kai apokritheis ho aggelos eipen autê pneuma agion epeleusetai epi se kai dunamis upsistou episkiasei soi dio kai to gennômenon agion klêthêsetai huios theou


Pernyataan Gabriel yang lebih dari satu kali menyatakan status "Anak" sekaligus memperluhatkan betapa Gabriel justru menampik (baca : mengkoreksi) kaitan "Anak Allah" itu dengan konsep-kedagingan/ biologis (hasil hubungan suami dan istri) seperti yang ada dalam benak Maria tadinya, dan kini malahan terulang dalam benak penuduh dari kalangam Muslim pada umumnya.


Catatan :
Mungkinkah gabriel berdusta? Perlukah?
Karena ada kesenjangan wahyu Gabriel terhadap wahyu yang dibawa Jibril bagi Muhammad!


Lukas 135 jelas menyatakan bahwa Gabriel telah mengkoreksi apa yang terlanjur salah dalam benak Maria tentang "ke-anak-an" (sonship) yang dimaksudkan Injil. Sementara Jibril dalam Qur'an justru berbalik dan terus bekutat dalam pemahaman "ke-anak-an" insani!


Bandingkan keduanya :

(1) "Bagaimana hal (melahirkan anak) itu mungkin terjadi, karena aku (Maria) belum bersuami ?" (Lukas 1:34)
(2) "Bagaimana Dia (Allah) mempunyai anak padaham Ia tidak beristri" ( Qs 6:101)


Gabriel berkata bahwa Anak Allah itu KUDUS, dan Jibril menyangkal/menafikan kedua-duanya :

(1) "Anak yang kau lahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah" (Lukas 1:35)
(2) "Maha Suci Allah dari yang mempunyai anak..." ; "Tidak layak Allah mempunyai Anak" ( Qs 4:171 ; Qs 19:35 )

-----


Sebutan "Anak Allah" yang disampaikan lewat para nabi tidak terkira banyaknya, termasuk kesaksian yang bersifat nubuat, yang tadinya bahkan tidak disadari oleh nabi yang menubuatkannya sendiri.

Lihatlah akan 2 nubuat nabi Yesaya yang "mustahil" tentang kelahiran satu "Anak Ajaib", dan ternyata nubuat kelahirannya ini benar-benar setelah 7 abad sejak hal itu dinubuatkan!
Dasyatnya terbukti kebenaran yang mustahil, telah menempatkan ayat-ayat tersebut tak mungkin bisa dipalsukan manusia. Namun entah mengapa kebenaran yang begitu fantastis itu bisa absen dari pewahyuan Qur'an.



Nubuat pertama :


* Yesaya 7:14
LAI TL, Maka sebab itu diberikan Tuhan sendiri suatu tanda alamat kepadamu kelak: Bahwasanya anak dara itu akan mengandung dan beranakkan laki-laki seorang dan dinamainya akan dia Imanuel.
LAI TB, Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.
KJV, Therefore the Lord himself shall give you a sign; Behold, a virgin shall conceive, and bear a son, and shall call his name Immanuel.
Hebrew translit, LAKHEN YITEN ADONAI HU LAKHEM OT HINE HA'ALMAH HARA VEYOLEDET BEN VEKARAT SHEMO IMANUEL


Kelahiran seajaib itu dimaksudkan sebagai satu pertanda besar untuk mengantar kita kepada maknanya yang sejati dan lurus, yaitu bahwa Sang Anak Ajaib itulah Imanuel (artinya : Allah menyertai kita) yang berarti Dia-lah Allah yang dapat dan mau menyertai kita selalu!



Nubuat kedua :


* Yesaya 9:5
LAI TB, Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.
KJV, For unto us a child is born, unto us a son is given: and the government shall be upon his shoulder: and his name shall be called Wonderful, Counsellor, The mighty God, The everlasting Father, The Prince of Peace.
Hebrew translit, KI-YELED YULAD-LANU BEN NITAN-LANU VATEHI HAMISRA AL-SHIKHMO VAYIKRA SHEMO PELE YO'ETS EL GIBOR AVI-AD SARO-SHALOM


Adalah kemustahilan bahwa seorang Anak dapat disebut sebagai "Allah Yang Perkasa". Namun hal itu sungguh terjadi pada diri Yesus 700 tahun kemudian!

Perhatikan bahwa Yesaya bernubuat tanpa tahu dan tanpa melihat tanda-tanda, dan tanpa dapat menunjukkan Anak Ajaib tersebut. Sebagai anti-klimaksnya datang nubuat dari Nabi Yahya/Yohanes Pembabtis.

Berlainan dengan Yesaya, nabi Yahya bukan mengklaim saja tanpa apa-apa yang menyokongnya, melainkan justru melihat sebuah tanda, yaitu Roh Kudus yang turun dari langit seperti merpati, dan tinggal diatas Yesus!
Tanda Surgawi yang tiada duanya inilah yang menjadikan dasar nabi Yahya harus bersaksi dengan cara menunjuk-hidung langsung ke sosok Yesus Kristus yang ada dihadapanNya. Perhatikan perkataan langsung kepada Yesus "Sang Anak". Right now and here "inilah" dan "lihatlah" :

"Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atas-Nya (Yesus). ….aku telah melihat-Nya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah". (Yohanes 1:32-34)


Dan... Yesus Kristus bersaksi tentang diriNya :

... Aku telah berkata: "Aku Anak Allah" (Yohanes 10:36)


Dan mereka (setan-setan) itupun berteriak :


* Matius 8:29
Dan mereka itu pun berteriak, katanya: "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Anak Allah? Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?"

* Markus 3:11
Bilamana roh-roh jahat melihat Dia, mereka jatuh tersungkur di hadapan-Nya dan berteriak: "Engkaulah Anak Allah."


Bila iblis/setan yang menjadi musuh Allah yang terbesar sampai mengakui Anak ini, maka musuh manakah lagi yang dapat menolaknya dengan lebih shahih?

Jadi, jikalau ada teman Muslim yang masih besikukuh menolak gelar "Anak Allah" ini, mereka kini sedikitnya akan mulai mengetahui bahwa diantara Allah dan segala makhlukNya -- dari yang kudus hungga yang ter-iblis -- sejak manusia awal diciptakan hingga abad ke 7 M, hanya Muhammad seoranglah yang tercatat melaknati sebutan otentik yang berasal dari mulut Allah sendiri.

Dalam pandangan Muslim, ketika Kalimat Allah di-nuzul-kan ke dunia lewat agen pewahyu (Jibril), itu menjadi sebuah Al~Qur'an yang diberitakan oleh nabi-Nya. Namun dalam pandangan Kristiani, ketika Firman Allah di-nuzul-kan ke dunia, Ia adalah The Word incarnated ( Sang Firman yang inkarnasi) menjadi "Anak Allah" dalam sosok Yesus Kristus yang Ilahi, yang langsung berfirman tanpa agen perantara. Ia datang bukan saja untuk berfirman, tetapi sekaligus untuk menyelamatkan umat manusia. Maka, inilah Kabar Baik, Injil, untuk umat yang menerimaNya, demi keselamatan umat yangyang pasti ada didalam Dia.

Anak Allah itu tidaklah terjadi karena "Allah itu beranak". Ia adalah inkarnasi FirmanNya menjadi Anak Manusia, yaitu masuknya keilahian dalam ujud kehidupan kemanusiaan. Sehingga Allah yang tadinya tidak dapat dipahami dan didekati, kini dapat mulai dipahami, diteladani dan "di-akrab-i" dalam relasi yang diperbaharui!

Melalui "Sang Anak" ini -- yang gelarNya keluar dari mulut Allah sendiri -- manusia diwanti-wanti untuk sungguh melihat dan mendengar akan Dia. Sebab ada tertulis :


* Yohanes 12:45
dan barangsiapa melihat Aku (Anak), ia melihat Dia (Bapa), yang telah mengutus Aku.


* Matius 17:5
Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia."



Amin.


Sumber :
- Umar Tariqas, Ismael saudaraku, bincang-bincang tentang tudingan dan salah paham. Cape Town 2005, P 26-34.