Tuesday, January 12, 2010

Apakah Yesus Yakin Bahwa Ia adalah Anak Allah?

Pengantar

Tanpa berdialog dengan Yesus, bagaimana kita bisa mengetahui misi, motivasi, dan pemahaman mengenai diri-Nya sendiri?
Bagaimana kita bisa mengetahui seperti apa Yesus menganggap diri-Nya? Apakah Yesus menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah dan Mesias, ataukah Dia menganggap diri-Nya tidak lebih dari seorang guru yang berkeliling dan kadang-kadang menimbulkan kerusuhan?

Dengan melihat perilaku-Nya, kita bisa mengetahui apakah Yesus menganggap diri-Nya Mesias dan Anak Allah, atau hanya sekedar nabi/guru.
Kita perlu melihat apa yang Ia lakukan, apa yang Ia katakan, dan bagaimana Ia berhubungan dengan orang lain.


Yesus Berhati-hati

Yesus sedikit misterius tentang identitas-Nya, bukan?
Ia terlihat lebih menghindar daripada menyatakan diri-Nya sebagai Sang Mesias atau Anak Allah secara terang-terangan. Apakah itu karena Ia tidak berpikir bahwa diri-Nya Mesias dan Anak Allah, atau karena Ia memiliki alasan-alasan lain?

Tidak, bukan karena Ia tidak berpikir bahwa diri-Nya Mesias dan Anak Allah.
Jika Ia mengumumkan, "Hai Saudara-saudara, Akulah Tuhan". Itu akan terdengar seperti: 'Akulah Yahweh', karena orang-orang Yahudi pada masa itu belum memiliki konsep Tritunggal. Mereka hanya mengenal Allah Bapa, yang mereka sebut Yahweh, dan bukan Allah Putra atau Allah Roh Kudus.

Pada waktu itu, jika seseorang seseorang mengatakan bahwa dirinya adalah Tuhan, itu tidak akan masuk akal bagi mereka dan akan terlihat sebagai penghujatan. Dan itu akan berakibat buruk bagi Yesus dalam upaya-Nya untuk membuat orang-orang mendengarkan pesan-Nya.

Disamping itu, sudah ada sejumlah pengharapan tentang seperti apakah rupa Sang Mesias, dan Yesus tidak ingin terkotakkan dalam kategori-kategori orang lain. Konsekuensinya, Ia sangat berhati-hati dalam apa yang Ia katakan di depan umum.


Hubungan-Nya dengan ke-12 Murid

Petunjuk-petunjuk apa yang dapat kita temukan tentang pemahaman diri Yesus dari cara Ia berhubungan dengan orang lain?

Perhatikanlah hubungan-Nya dengan murid-murid-Nya. Yesus memilliki 12 murid, tapi perhatikan bahwa Ia bukan salah satu dari ke-12 murid itu.

Jika ke-12 murid itu mewakili Israel yang diperbaharui, bagaimana dengan Yesus? Ia bukan bagian dari 12 murid itu. Ia yang membentuk kelompok itu, tepat seperti Tuhan dalam Perjanjian Lama membentuk umat-Nya dan menetapkan ke-12 suku Israel. Siapakah yang berhak menetapkan kelompok seperti itu, selain Tuhan sendiri? Itu adalah petunjuk tentang apa yang Yesus pikirkan tentang diri-Nya sendiri, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berhak menentukan 12 murid yang mewakili Israel yang diperbaharui.


Hubungan-Nya dengan Pemimpin Yahudi

Hubungan-Nya dengan para pemimpin Yahudi sangat jelas. Dalam Matius 15:11, Yesus membuat pernyataan yang benar-benar radikal tentang: bukan apa yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan apa yang keluar dari hatinya. Terus terang, ini 'mengesampingkan' bagian besar isi dari Kitab Imamat di Perjanjian Lama, dengan aturan-aturan yang cermat untuk menjaga kesucian.

Nah, Para Farisi tidak menyukai pesan ini. Mereka ingin mempertahankan aturan-aturan lama tersebut sebagaimana adanya. Namun Yesus berkata, "Tidak, Tuhan memiliki rencana lebih lanjut. Ia sedang melakukan hal yang baru."
Kita harus bertanya: Orang macam apa yang berpikir bahwa Ia memiliki kekuasaan untuk 'mengesampingkan' kitab-kitab suci Yahudi yang diwahyukan secara ilahi dan menggantikannya dengan ajaran-Nya sendiri?
Kalau Yesus tidak berpikir diri-Nya Anak Allah, tidak mungkin Ia melakukannya.


Hubungan-Nya dengan Penguasa Roma

Dan bagaimana hubungan-Nya dengan para penguasa Roma?
Kita harus bertanya mengapa mereka menyalibkan Dia. Jika Ia hanya sekedar guru bijaksana yang tidak berbahaya, yang mengisahkan perumpamaan-perumpamaan pendek yang menyenangkan, bagaimana Ia bisa disalibkan, khususnya pada musim Paskah, saat tidak seorang Yahudi pun menginginkan seorang Yahudi dihukum mati? Harus ada suatu alasan mengapa tulisan di atas kepala-Nya berbunyi: 'Inilah Raja Orang Yahudi'.

Alasannya adalah Yesus menyatakan keilahian-Nya atau orang banyak berpikir bahwa Yesus menyatakan diri-Nya Anak Allah.


Kerajaan Allah Sudah Datang

Bagaimana dengan mujizat-mujizat Yesus? Mujizat-mujizat yang Yesus perbuat bukan berarti Dia menyatakan diri-Nya Anak Allah, bukan?

Bukan fakta bahwa Yesus melakukan mujizat-mujizat yang menjelaskan pemahaman diri-Nya. Yang penting adalah bagaimana Ia menafsirkan mujizat-mujizat-Nya.

Dalam Matius 12:28, Yesus berkata, "Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu".

Ia tidak seperti pembuat mujizat lainnya yang melakukan hal-hal menakjubkan dan kemudian hidup berjalan seperti biasa. Tidak. Bagi Yesus, mujizat-mujizat-Nya merupakan suatu tanda yang mengindikasikan datangnya kerajaan Allah. Yesus melihat mujizat-mujizat-Nya menunjukkan sesuatu yang belum pernah ada, yaitu kedatangan kekuasaan Tuhan. Ia tidak sekedar melihat diri-Nya sebagai pembuat mujizat, Ia melihat diri-Nya sebagai seorang di dalam siapa dan melalui siapa janji-janji Tuhan digenapi. Ini adalah suatu pernyataan transenden (pernyataan yang melampaui segala sesuatu) yang jelas.


Pemakaian Frase 'Amin'

Yesus disebut Rabi oleh pengikut-pengikut-Nya, bukankan ini berarti bahwa Ia sekedar mengajar seperti rabi-rabi lainnya?

Yesus mengajar dengan cara baru yang radikal. Ia memulai pengajaran-Nya dengan frase: 'Amin (sesungguhnya) Kukatakan kepadamu', yang artinya adalah, "Aku bersumpah sebelumnya atas kebenaran dari apa yang akan Kukatakan". Ini sungguh-sungguh revolusioner.

Adat orang-orang Yahudi adalah mereka memerlukan kesaksian dari 2 saksi, yang mana saksi A dapat bersaksi atas kebenaran dari saksi B dan sebaliknya. Tetapi Yesus bersaksi atas kebenaran perkataan-perkataan-Nya sendiri. Bukannya mendasarkan ajaran-Nya pada otoritas orang lain, Ia berbicara atas otoritas-Nya sendiri. Jadi inilah Yesus, Seseorang yang menganggap diri-Nya memiliki otoritas di atas dan melampaui apa yang dimiliki nabi-nabi Perjanjian Lama. Ia percaya bahwa Ia memiliki tidak saja inspirasi Ilahi, seperti yang dimiliki Raja Daud, namun juga otoritas Ilahi dan kekuasaan Ilahi secara langsung.


Pemakaian Frase 'Bapa'

Sebagai tambahan pada penggunaan frase 'Amin' dalam pengajaran-Nya, Yesus menggunakan istilah 'Abba' (Bapa), ketika Ia berhubungan dengan Tuhan.

'Bapa' mengkonotasikan kedekatan dalam suatu hubungan antara seorang anak dan ayahnya. Yang menarik, istilah itu juga digunakan murid-murid untuk menyebut guru terkasih mereka. Namun Yesus menggunakannya untuk Tuhan. Ia dan pengikut-pengikut-Nya adalah satu-satunya yang berdoa dengan cara demikian.

Dalam konteks Yahudi pada saat itu, orang-orang Yahudi berusaha menghindari pengucapan nama Tuhan. Nama Tuhan adalah kata paling kudus yang dapat diucapkan dan mereka takut salah mengucapkannya. Jika mereka hendak mengacu kepada Tuhan, mereka mungkin akan mengatakan sesuatu seperti: 'Yang Kudus, terpujilah Dia', namun mereka tidak akan menggunakan nama pribadi-Nya.

Dan 'Bapa' adalah suatu istilah sangat pribadi. Pentingnya istilah 'Bapa' adalah bahwa Yesus merupakan pengambil inisiatif dalam hubungan yang sangat dekat yang sebelumnya tidak ada. Pertanyaannya adalah: Orang macam apa yang dapat mengubah-ubah istilah-istilah berkaitan dengan Tuhan? Orang macam apa yang dapat memulai suatu hubungan janji yang baru dengan Tuhan?

Itu menunjukkan bahwa Yesus memiliki hubungan sangat dekat dengan Tuhan, yang tidak sama dengan apapun yang ada dalam kehidupan orang Yahudi saat itu. Dan kejutannya, hanya dengan memiliki hubungan dengan Yesus, maka manusia mempunyai hubungan dengan Allah sebagai Bapa. Siapakah Yesus, yang bisa menentukan hubungan dengan Allah sebagai Bapa? Jawabannya, Yesus yang adalah Anak Allah.


Gambaran Yohanes tentang Yesus

Dalam pembukaannya, Injil Yohanes menggunakan bahasa yang agung dan dengan tegas menyatakan ketuhanan Yesus:
Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.
Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.
Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.
Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.
(Yohanes 1:1-3,14).

Jika Yesus membaca pembukaan Injil Yohanes, apakah Ia akan mundur ketakutan dan berkata, "Wah, Yohanes kamu benar-benar keliru? Kamu telah membesar-besarkan Aku sampai jadi Allah", ataukah Ia akan mengangguk setuju dan berkata, "Benar, Aku memang demikian adanya"?

Saya tidak memiliki keraguan, bahwa jika Yesus membaca Injil Yohanes, Ia akan mendapati bahwa Injil itu adalah suatu ekspresi yang sesuai dengan identitas-Nya.

Jika Anda mengurangi Injil Yohanes, dan melihat Injil sinoptik (Matius, Markus, Lukas), Anda tetap melihat Yesus sebagai Mesias, Anak Allah.

Dalam Matius 16:15-17, Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya dalam suatu pertemuan pribadi, "Apakah katamu, siapakah Aku ini?"
Petrus menjawab dengan jelas, "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup".
Yesus meneguhkan Petrus atas jawabannya dengan berkata, "Berbahagialah engkau, sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga."


Peneguhan Tuhan atas Identitas Yesus

Yesus juga memiliki peneguhan Tuhan mengenai identitas-Nya: saat kelahiran-Nya(Matius 1:20-23), pembaptisan-Nya (Matius 3:16-17), saat pencobaan-Nya (Matius 4:11), saat transfigurasi/penyataaan kemuliaan Yesus (Matius 17:1-5), dan dalam taman Getsemani (Lukas 22:39-43). Ini semua adalah saat-saat krisis ketika Tuhan mengkonfirmasikan siapa Yesus dan misi-Nya.

Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."
(Matius 3:16-17)

Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja.
Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang.
Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia.
Kata Petrus kepada Yesus: "Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia."
Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia."
(Matius 17:1-5)


Misi Yesus

Menurut Dia apakah misi-Nya?

Ia melihat pekerjaan-Nya adalah datang untuk membebaskan umat Tuhan dari belenggu dosa, jadi misi-Nya diarahkan ke Israel. Hanya ada sedikit bukti bahwa Ia mencari orang-orang bukan Yahudi selama pelayanan-Nya.

Sesudah kebangkitan-Nya, Yesus menyuruh murid-murid-Nya untuk memberitakan berita pengampunan dosa, karena penebusan dosa yang sudah dikerjakan-Nya, kepada semua bangsa di dunia.


Pengubahan Pikiran Murid-murid

Dalam bukunya Reasonable Faith, William Lane Craig menjelaskan sejumlah bukti kuat bahwa dalam waktu 20 tahun setelah penyaliban terdapat suatu Kristologi(pemahaman tentang Kristus) yang sangat berkembang, yang menyatakan bahwa Yesus adalah Tuhan yang berinkarnasi.

Sejarawan gereja, Jaroslav Pelikan, telah menjelaskan bahwa khotbah Kristen tertua, laporan tertua dari seorang martir Kristen, dan doa liturgis tertua (1 Korintus 16:22), semuanya merujuk pada Yesus sebagai Tuhan. Pelikan berkata, "Jelas, itu merupakan pesan dari apa yang dipercaya dan diajarkan gereja bahwa 'Tuhan' adalah nama yang tepat bagi Yesus Kristus."

Apakah ada cara lain yang mungkin bagi perkembangan keilahian Yesus yang begitu cepat ini, jika Yesus tidak membuat pernyataan transenden dan mesianik tentang diri-Nya sendiri?

Tidak ada, kecuali jika murid-murid sepenuhnya melupakan Yesus yang historis(yang ada dalam sejarah) itu dan mereka tidak ikut dalam tradisi-tradisi yang mulai terlibat 20 tahun setelah kematian dan kebangkitan-Nya.

Namun yang menjadi pertanyaan adalah, apa yang terjadi setelah penyaliban Yesus yang mengubah pikiran murid-murid, yang telah menyangkal, tidak taat, dan meninggalkan Yesus? Sangat sederhana, mereka mendapat penegasan bahwa Yesus yang telah bangkit adalah Anak Allah, Mesias yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama.


Kesimpulan

Yesus berpikir bahwa Ia adalah orang yang ditunjuk oleh Tuhan untuk memberikan penyelamatan puncak dari Tuhan dalam sejarah manusia. Ia percaya bahwa Ia adalah perantara Tuhan untuk melakukannya, bahwa Ia telah diotorisasi oleh Tuhan, diberi kuasa oleh Tuhan. Ia berbicara bagi Tuhan, dan Ia diarahkan oleh Tuhan untuk melakukan tugas-Nya. Jadi apa yang dikatakan oleh Yesus, dikatakan oleh Tuhan.

Yesus percaya bahwa Ia berada dalam suatu misi Ilahi, dan misi itu adalah untuk menebus umat manusia. Umat Tuhan sudah tersesat dan Tuhan harus melakukan sesuatu, seperti yang selalu Ia lakukan, untuk ikut campur dan membawa mereka ke jalan yang benar. Tetapi ada suatu perbedaan kali ini. Ini adalah kali yang terakhir. Ini adalah kesempatan terakhir.

Apakah Yesus percaya bahwa Ia adalah Anak Allah, yang diurapi oleh Allah? Jawabannya adalah Ya. Apakah Ia melihat diri-Nya sebagai Mesias? Ya, demikianlah cara-Nya memandang diri-Nya sendiri. Apakah Ia percaya bahwa ada seseorang yang kurang daripada Allah yang dapat menyelematkan dunia?
Tidak. Hanya Yesus, Sang Anak Allah yang dapat menyelamatkan dunia.

Dan di sinilah paradoksnya (hal yang tidak bertentangan, namun kelihatan seperti bertentangan), menjadi seaneh-anehnya: Cara Tuhan untuk menyelamatkan dunia adalah dengan membuat Anak-Nya mati.

Tetapi Allah, dalam sifat keilahian-Nya, tidak mati. Jadi bagaimana Allah akan melakukan ini? Bagaimana Allah menjadi juruselamat umat manusia? Ia harus datang sebagai manusia untuk menyelesaikan tugas itu. Dan Yesus percaya bahwa Dialah yang harus melakukan-Nya. Dalam Markus 10:45, Yesus berkata, "Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."

Dalam Yohanes 10:30, Yesus berkata, "Aku dan Bapa adalah satu." Dengan kata lain: 'Aku memiliki otoritas untuk berbicara bagi Bapa. Aku memiliki kuasa untuk bertindak bagi Bapa. Jika engkau menolak Aku, engkau menolak Bapa.'

Bahkan jika Anda hanya membaca Injil sinoptik (Matius, Markus dan Lukas), Anda tetap akan mendapat kesimpulan yang sama.

Kita harus bertanya, mengapa tidak ada orang Yahudi abad pertama lainnya yang memiliki jutaan pengikut saat ini? Mengapa tidak ada suatu gerakan Yohanes Pembaptis? Mengapa, dari semua figur abad pertama, termasuk para kaisar Roma, Yesuslah yang masih disembah saat ini, sementara yang lainnya sudah hancur menjadi debu sejarah?

Karena Yesus ini, Yesus yang historis, juga adalah Tuhan yang hidup. Karena Ia masih ada, sementara yang lain sudah lama mati.

Sumber :
Lee Strobel, Pembuktian Atas Kebenaran Kristus, Penerbit Gospel Press,
PO BOX 238, Batam Center, 29432. Fax 021-7470-9281

No comments: