Oleh Gr. Kaha (Einjil.com)
“… Engkaulah Mesias dari Allah!” Ungkapan ini disampaikan oleh Petrus, ketika Yesus selesai bertanya kepada para murid “Siapakah Aku ini?” Ternyata jawaban para murid, khususnya jawaban Petrus, lahir dari sebuah pengalaman yang langsung mengungkapkan keyakinan dan pandangan keagamaan mereka sendiri.
Sepintas tentang Mesias dalam Paham Yahudi
Kita semua mengetahui bahwa orang-orang Yahudi sangat yakin bahwa mereka adalah umat pilihan Allah. Oleh karena itu, suasana dan pengalaman hidup mereka pun harus lebih istimewa dari bangsa-bangsa lain; mereka harus selalu diberkati. Tetapi sayang dalam perjalanan hidup, mereka justru terjebak pada situasi negeri yang kacau, pemimpin-pemimpin yang korup, di mana-mana ada pemberontakan dan rasa tidak aman. Dalam kondisi macam ini mereka mulai mengharapkan campur-tangan Tuhan atas umat pilihan-Nya itu.
Maka pada zaman itu gagasan tentang datangnya Mesias mulai hidup dan berkembang. Bahkan mereka dengan sangat cepat merumuskan gagasan tersebut dengan alur pikir macam ini:
Sebelum Mesias datang, akan ada masa penganiayaan yang hebat; dunia akan bergoncang dan di mana-mana akan ada kelaparan dan kekacauan. Muncul gejolak sosial dengan berawal dari sikap mementingkan diri sendiri; lalu lahirlah pemimpin-pemimpin korup dan otoriter dan rakyat yang tak bersolider.
Dalam keadaan dunia yang kacau ini akan datang Elia. Dia datang sebagai perintis jalan dan pembawa kabar tentang Mesias. Elia inilah yang menyiapkan jalan bagi datangnya Mesias. Dia dihormati sekaligus dirindukan karena tanpa kehadiran Elia terlebih dahulu, Sang Mesias itu tidak akan datang.
Kalau semua itu sudah terjadi, maka datanglah Sang Mesias, yakni “orang yang diurapi”. (Kata Mesias sama dengan kata Kristus. Mesias dari bahasa Ibrani dan Kristus dari bahasa Yunani, keduanya punya arti sama). Dalam kuasa Mesias inilah bangsa-bangsa bisa bersatu padu, kota suci Yerusalem dipulihkan lagi dan akan ada kedamaian dan kesejahteraan bagi seluruh negeri.
Mesias Harus Menderita dan Ditolak
Ketika para murid menjawab pertanyaan Yesus, yang mereka bayangkan adalah alur pikir macam tadi. Maka Yesus mulai dengan sangat terang dan jelas memaparkan Salib Sang Mesias yang harus dilalui-Nya agar sejarah keselamatan manusia mulai terwujud. Penulis Injil kadang melukiskan sikap bingung banyak orang akan kehadiran Yesus. Misalnya dalam sebuah kisah, Yohanes Penginjil mulai dengan pertanyaan orang-orang Yahudi kepada Yesus:
“Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebingungan?
Katakan kepada kami secara terus terang apakah Engkau Mesias?”
Mereka ingin semua ini keluar dari mulut Yesus sendiri; mereka tidak mau terlalu sibuk dan sulit mencari bukti apakah Ia Mesias atau bukan; mereka tidak ingin bersusah-susah. Tetapi jawaban Yesus: “Saya sudah mengatakan kepada kamu tetapi kamu tidak percaya?” Kenapa mereka tidak percaya? Karena konsep iman tentang Mesias yang ada pada mereka lain sama sekali. Jadi ternyata titik sentral dari pertanyaan Yesus adalah IMAN Kepercayaan.
Memang Yesus sendiri tidak menyatakan secara jelas siapa diri-Nya, tetapi dua hal Yesus gunakan untuk mengatakan itu. Pertama, perbuatan-perbuatan Yesus dan yang kedua, perkataan-perkataan Yesus. Mereka sebenarnya harus sudah bisa menangkap bahwa Yesus adalah Mesias; ketika Dia melakukan perbuatan-perbuatan kasih (menyembuhkan orang, membangkitkan yang mati, dll) atau mereka seharusnya sudah bisa menangkap bahwa Yesus adalah Mesias ketika Dia berkata-kata dengan penuh wibawa dan kuasa. Sayang banyak mereka tidak bisa menerima dan akibatnya mereka menolak dan memusuhi Yesus.
Iman akan Sang Mesias: Jalan Menuju Kehidupan Kekal
Dalam kisah “Pengakuan Iman Petrus” yang kita baca dalam Injil terlihat sangat jelas bahwa iman memainkan peran sangat penting dalam proses mengikuti Yesus. Bahkan bagi semua orang yang percaya, Yesus - Sang Mesias itu - menjanjikan tiga hal untuk kita:
Yesus menjanjikan kehidupan yang kekal.
Yesus menjanjikan kehidupan yang tidak akan berakhir. Kematian bukan akhir dari segala-galanya; bahwa ada hidup sesudah mati, ada akhirat sesudah dunia ini, bahwa kehidupan kita di dunia ini hanya sementara saja. Jangan takut!
Yesus menjanjikan kehidupan yang aman sentosa. Bukan berarti tidak ada penderitaan lagi, bukan berarti tidak ada masalah dan kesulitan lagi, tetapi Dia menjanjikan kehadiran-Nya yang penuh di dalam seluruh pengalaman hidup orang-orang percaya sehingga hidup menjadi sebuah berkat untuk banyak orang.
Petrus berani menjawab karena dia percaya, maka mudah-mudahan dari mulut kita yang percaya pun keluar pengakuan iman itu; dan dalam tindakan nyata kita, terungkap buah-buah dari keyakinan kita. Semoga setiap kita yang membaca pikiran ini pun menyadari Allah sangat mengasihi kita, melalui Yesus kita pun ikut diselamatkan.
Tuesday, January 12, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment